Rabu, 25 April 2012

Manfaat praktis Internet dan Aplikasi browser


Keilmuan Teknologi Informasi biasanya membedakan apa yang dimaksud dengan “browsing”, “searching” dan “surfing”. Surfing diartikan sebagai tindakan berselancar di dunia maya, yakni berpindah (atau melompat) dari satu halaman web ke halaman web lain. Searching diartikan sebagai tindakan mencari di dunia maya, yakni mencari data/informasi dengan menggunakan mesin pencari seperti Google. Sedangkan browsing diartikan sebagai tindakan menelusuri dunia maya, yakni melakukan penelusuran data atau informasi berdasarkan “kategori” tertentu, seperti misalnya dengan menggunakan mesin pencari blekko.

Secara praktis untuk mejelajah internet, anda memerlukan tiga hal:
1) koneksi internet; yang sekarang bisa dilakukan dengan dua cara, yakni melalui wi-fi dan fixed line.
2) memiliki aplikasi browser
3) memiliki aplikasi search engine
Pada tulisan ini, saya ingin menulis tips praktis mengenai aplikasi browser.
Sekarang ini terdapat 4 aplikasi Web Browser yang terkenal dan sering digunakan; yakni Microsoft INTERNET EXPLORER, Modzilla FIREFOX, Google CHROME dan Apple SAFARI. Sedangkan untuk yang mengakses internet via mobile maka yang sering digunakan adalah OPERA.

Pros and Cons Aplikasi Browser
Yang saya bisa tuliskan tentang Aplikasi Web Browser adalah, keempat macam aplikasi ini memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Untuk menggunakannya secara maksimal, kita harus mengetahui cara men-setting masing-masing aplikasi Web Browser tersebut. Sebagai dosen, saya cenderung untuk menyarankan para mahasiswa saya untuk menggunakan Web Browser CHROME. Alasan saya lebih dikarenakan dari sisi security dan tools add-on yang dimiliki CHROME. Aplikasi Web Browser CHROME merupakan aplikasi yang relative aman digunakan, karena tim pengembang mereka secara rutin mengupdate versinya, menjadi lebih aman. Isu security ini sangat penting dalam dunia internet. CHROME juga memiliki tools add-on yang disebut GoogleTranslate. Apabila kita menginstall tools ini maka CHROME dengan serta merta akan “melakukan proses penterjemahan” bahasa dari setiap halaman web yang kita akses. Menurut hemat saya, kedua fitur ini sangat penting untuk dijadikan pertimbangan dalam menggunakan aplikasi Web Browser.
Jadi, apakah yang terbaik adalah CHROME? Tentu saja tidak.Baik tidaknya suatu aplikasi perangkat lunak (termasuk Web Browser) itu bergantung pada “pengguna”-nya. Pengguna yang harus memilih aplikasi web browser mana yang dia inginkan untuk mengoptimalkan tugas dan pekerjaannya. Internet Explorer misalnya merupakan aplikasi web browser yang sangat beragam fiturnya.Yang saya suka dalam menggunakan Internet Explorer adalah KEMUDAHAN tampilan web browser tersebut.
Aplikasi Web browser SAFARI, saya gunakan apabila saya ingin mengakses internet melaui iPad dan iMAC. Kelebihan aplikasi ini adalah memiliki fitur history yang jelas sehingga kita tidak perlu repot-repot menghafal alamat URL yang kita kunjungi. Karena SAFARI akan selalu menyimpannya dalam history. Kita hanya perlu mengingat kapan kita terakhir kali mengakses URL tersebut.
Modzilla FIREFOX memiliki keunggulan dalam fitur add-ons. Begitu banyak add ons yang bisa kita install pada firefox, sehingga browser ini bisa sangat membantu tugas dan pekerjaan kita saat berselancar di dunia maya.
Jadi, singkatnya, setiap aplikasi web browser memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.Yang menjadi prinsip praktisnya adalah sebagai pengguna, kitalah yang harus mengoptimalkan aplikasi web browser tersebut. Cara mengoptimalkannya adalah dengan mengubah settingan masing-masing aplikasi web browser tersebut.

BagaimanaMengoptimalkan Web browser
Seperti yang telah saya sebutkan sebelumnya, dunia mengenal 4 (empat) buah web browser yang paling sering digunakan. Keempat web browser tersebu tadalah: Windows Internet Explorer, Mozilla Firefox, Google Chrome dan Apple Safari. Juga dikenal web browser Opera yang sering digunakan pada smartphone. Semua web browser tersebut diatas menyediakan fasilitas history pencarian. Fitur ini bermanfaat bagi user yang tidak dapat menghafal URL berbagaisitus yang dikunjunginya.Selain itu, fitur ini juga merupakan alat monitor yang baik, untuk memastikan bahwa anak-anak kita tidak melihat situs yang tidak pantas.Berikut adalah cara mengaktifkan fitur histori pencarian keempat web browser tersebut.
1) Windows Internet Explorer: 
Buka Windows Interet Explorer. Klik icon Favorites yang bergambar bintang kuning pada toolbar browser. Klik tab History. Pilih periode tanggal atau waktu yang ingin anda lihat.
2) Mozilla Firefox: 
Buka Mozilla Firefox. Di bagian atas jendela Firefox, klik Firefox, arahkan cursor ke History dan pilih Show All History. Pilih jangka waktu yang ingin anda ingin lihat atau ketikkan kata kunci ke dalam kotak pencarian untuk mencari halaman tertentu.
3) Google Chrome: 
Buka Google Chrome. Klik icon kunci pas pada toolbar browser disebelah kanan address bar. Pilih History. Pilih Periode waktu atau gunakan search history untuk mencari halaman yang ingin dikunjungi lagi.
4) Apple Safari: 
Buka Apple Safari. Klik dan tahan menu History sampai anda melihat situs yang dikunjungi baru-baru ini atau beberapa hari sebelumnya. Arahkan kursor kesalah satu tanggal untuk melihat histori pencarian pada hari itu.

Selamat Mencoba ....


Selasa, 24 April 2012

Pengukuhan Guru Besar, Investasi TIK dan rendahnya produktivitas ...

Sabtu, 21 Maret 2012 merupakan hari yang menggembirakan buat Pak Ucok. Beliau saya kenal akrab sebagai dosen saya di MTI UI (untuk mata kuliah Perencanaan Strategis Sistem Informasi dan Information Systems Research Methodology). Menjadi mahasiswa beliau merupakan suatu pengalaman yang sangat istimewa, karena metode perkuliahan pak Ucok yang sangat informatif. Hari sabtu kemaren, pak Ucok dikukuhkan sebagai Guru Besar Ilmu Komputer di Fakultas Ilmu Komputer  Universitas Indonesia

Dalam acara tersebut Pak Ucok memberikan sambutan sebagai berikut:
....Tingkat adopsi teknologi informasi dan komunikasi (TIK) sangat tinggi, namun pemanfaatannya untuk hal yang produktif masih rendah. Padahal, penggunaan TIK dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia. 
Hal ini disampaikan Zainal A Hasibuan dalam pengukuhannya sebagai guru besar Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia (UI) di Kampus UI Depok, Sabtu (21/4/2012). 
...."Tingkat penetrasi dan adopsi TIK masyarakat Indonesia relatif tinggi. Tetapi hal ini tidak sejalan dengan manfaat yang diberikan TIK untuk meningkatkan kualitas SDM Indonesia," ujar Zainal ...
.... Berdasarkan data Asosiasi Telekomunikasi Selular Indonesia (ATSI), jumlah pelanggan seluar di Indonesia tahun 2011 mencapai lebih dari 240 juta pelanggan, atau naik 60 juta pelanggan dari tahun 2010. Pengguna internet di Indonesia mencapai 55 juta orang pada tahun 2011. Sebanyak 50-80 persen pengguna internet di Indonesia adalah anak-anak muda dari kelompok umur 15-30 tahun.
Sayangnya, sebagian besar penduduk Indonesia menggunakan TIK hanya sebagai alat konsumtif, ketimbang alat yang produktif. Demikian juga konten yang tersedia dalam TIK masih berasal dari luar Indonesia ....

Pernyataan Pak Ucok tersebut saya kutip dari Kompas disini. Menurut saya, pendapat beliau benar-benar mencerminkan situasi dan kondisi terkini dari implementasi Teknologi Informasi Komunikasi di Indonesia. Kita tahu bersama, data-data yang dikemukakan seperti ini ...


Kenyataan ini menunjukkan betapa kita, bangsa Indonesia hanya mampu menggunakan TIK dalam tataran rendah, atau entry level. Dalam bahasa keilmuan Teknologi Informasi, tingkat pemanfaatan yang belum matang. Dari sudut pandang Manajemen Investasi Teknologi Informasi, maka "kabar" ini merupakan kabar buruk bagi dunia industri Teknologi Informasi Komunikasi Indonesia. Pernyataan Prof Ucok seharusnya menjadi RED ALERT bagi setiap Pengambil Kebijakan maupun para dosen untuk SEGERA memperhatikan implementasi pemanfaatan TIK. Betapa tidak, hasil penelitian menunjukkan ternyata TIK belum memberikan hasil yang positif dalam peningkatan produktivitas. Dan ini benar2 sangat disayangkan. Dalam keilmuan Investasi Teknologi Informasi, tingkat pemanfaatan TIK dapat dilihat pada Gambar dibawah ini:




Sehingga jika dikatakan Investasi TIK belum dapat mendorong produktivitas, ini berarti Indonesia masih berada pada level paling bawah dari pemanfaatan TIK, yakni fokus pada efisiensi. Sulit, bagi kita untuk "bersaing" dengan bangsa lain, seperti India misalnya, yang telah mulai berfokus pada INOVASI, menciptakan keunggulan kompetitif dalam Teknologi Informasi Komunikasi. Singkatnya, bangsa kita "telah tertinggal".
Sebagai Peneliti yang mengkhususkan diri dalam IT Valuation/Investment pada organisasi non profit, saya pun menemukan tren yang sama terkait pemanfaatan TIK di Provinsi Sulawesi Utara (lihat hasil riset saya disini). Padahal, nilai investasi TIK yang "dibuang" sudah mencapai angka miliaran rupiah. 
Sebagai pengamat, saya menyimpulkan bahwa memang benar adanya pernyataan dari Prof Ucok tersebut, di tempat tinggal saya: Kota Manado dan tempat saya mengajar Universitas Sam Ratulangi Manado pun fenomena tersebut benar terjadi, yakni pemanfaatan TIK hanya sekedar konsumtif.
Diperlukan strategi khusus, akh, menurut hemat saya, bukan lagi strategi, karena kita telah memiliki banyak strategi, renstra, blue print serta SDM yang mampu melakukannya ... tapi KOMITMEN. Komitmen yang diwujudkan dengan tindakan nyata terkait memajukan TIK Indonesia. Kita semua masih "kurang" memiliki  komitmen untuk memajukan TIK. Semoga ....



Silver bullets dlm software project?

Baru baru ini, saya "menghentikan" sebuah project pengembangan perangkat lunak berbasis Web 2.0. Banyak spektrum pertimbangan yang saya telusuri, dan pada akhirnya saya memutuskan untuk "closing" project tersebut. Dari sekian banyak faktor yang dipertimbangkan, yang menjadi perhatian utamanya adalah: people.

Keilmuan software engineering mengajarkan bahwa keberhasilan suatu proyek perangkat lunak ditentukan oleh 3 (tiga) spektrum utama, yakni: people, process and technology/tools


Dalam keilmuan Manajemen Proyek Teknologi Informasi, ketiga spektrum tadi, harus dioptimalkan untuk memenuhi 3 (tiga) kriteria keberhasilan proyek, yakni:
1) scope goal; yakni menyangkut lingkup pengerjaan proyek, dimana dalam konteks proyek perangkat lunak adalah menyangkut fitur yang akan dikembangkan, atau disebut persyaratan fungsional)
2) cost goal; yakni menyangkut besaran biaya (dan tentu saja manfaat) yang dibutuhkan dalam pengerjaan proyek;
3) time goal; yakni menyangkut alokasi waktu pengerjaan proyek.

Disinilah dibutuhkan kemampuan seorang manager project perangkat lunak, untuk berpikir dan bertindak, dalam konteks mengoptimalkan "trade offs" antara keenam spektrum keberhasilan proyek tersebut diatas.


Saya kembali menyinggung, mengenai "closing" proyek diatas. Dari pengalaman saya berperan aktif dalam pengerjaan proyek pengembangkan perangkat lunak dalam berbagai jenis (puluhan proyek dalam kurun waktu 2008 - 2012), maupun membimbing penyelesaian tugas proyek mahasiswa (ratusan proyek Mata Kuliah, Kerja Praktek dan Karya Akhir), maka dapat saya simpulkan, bahwa faktor kritis yang menentukan derajat keberhasilan proyek perangkat lunak tersebut adalah faktor PEOPLE, atau manusianya. Pada tulisan ini, saya akan membahasa tentang faktor manusia/people.

Faktor manusia merupakan unsur yang terutama dalam menentukan sukses atau gagalnya suatu proyek pengembangan perangkat lunak. Sehingga jikalau ditanyakan apakah ada "silver bullets" dlm penentuan keberhasilan perangkat lunak, maka jawabnya adalah tanyakan pada setiap manusia yang terlibat dalam pengembangan proyek tersebut.

Secara mendasar, mengerjakan proyek perangkat lunak, tim pengembang harus selalu mengajukan tiga pertanyaan penting:

1) pertanyaan What, yakni menyangkut dimensi "what are we trying to do?";

2) pertanyaan Why, yakni "why are we doing that?";

3) pertanyaan How, yakni "how do we plan and execute to get it done?"

Ingat, menurut pengertian keilmuan software engineering, proyek perangkat lunak itu SELALU diberi pengertian "dalam kurun waktu tertentu". Proyek perangkat lunak harus memiliki deadline, atau batas akhir. Sehingga, setiap mereka yang terlibat harus memiliki tiga kemampuan dasar, yakni
1) kecerdasan. Kemampuan ini dibutuhkan untuk menemukan "the what" yang saya sebutkan diatas,
2) motivation. Kemampuan inimdibutuhkan untuk menemukan "the why"
3) skill atau kompetensi. Kemampuan ini dibutuhkan untuk menemukan "the how".

Jadi, singkatnya, bentuklah tim pengembang perangkat lunak yang memiliki kemampuan untuk menjawab pasangan - pertanyaan tersebut diatas. Isu disini bukanlah berapa banyak anggota tim pengembang. Sedangkan hanya satu orang anggota tim pengembang, tapi jika dia bisa "berfungsi" dalam konteks menjawab pertanyaan tersebut diatas, maka keberhasilan suatu proyek pengembangan perangkat lunak, sudah hampir dipastikan. Dalam pengalaman saya membimbing mahasiswa pun, maka setiap mahasiswa yang mampu terus-menerus menemukan jawaban dari tiga pertanyaan tersebut diatas, mereka cenderung akan lebih berhasil dalam pengerjaan tugas proyek.

Mari kita lihat sebuah gambaran, dari sejarah pergerakan kemerdekaan Indonesia. Di era tahun-tahun awal berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), maka negara ini memiliki tiga tokoh penting, terkait bahasan diatas! Yang pertama Indonesia punya Soekarno, beliau memiliki peran sebagai figur yang menmberi jawaban "the why" atas berdirinya NKRI. Saat berpidato, maka Bung Karno, sanggup memotivasi segenap rakyat Indonesia. Rakyat Indonesia memiliki pemahaman dan semangat untuk memperjuangkan kemerdekaan, dan mau dengan tekad bulat membayar dengan harga nyawa. Figur yang kedua adalah Muhammad Hatta, atau Bung Hatta. Beliau adalah figur yang menjawab pertanyaan "the what" terkait pendirian Negara Kesatuan Republik Indonesia. Konsep beliau tentang ekonomi kerakyatan dan administrasi penyelenggaraan negara, benar-benar mampu menjawab bentuk seperti apa Negara Kesatuan Republik Indonesia ini jadinya. Figur ketiga adalah Panglima Besar Jendral Soedirman. Beliau adalah figur yang menjawab pertanyaan "the how", beliau memiliki skill sebagai seorang pejuang, petarung yang kompeten untuk melakukan peperangan di garis depan. Saya bukan seorang pakar sejarah, tapi saya berkeyakinan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia bisa bertahan di tahun tahun awal kemerdekaannya, karena Indonesia punya "the why" Bung Karno, "the what" Bung Hatta, dan "the how" Panglima Besar Soedirman.

Joe Marasco mengajarkan bahwa, the what, the why dan the how akan mampu menyelesaikan proyek perangkat lunak yang relatif sukses memenuhi kriteria proyek perangkat lunak yang berhasil. Menurut Joe, mappingnya adalah seperti ini:
what  →  intelligence  →  the brain (analytic);
why  →  motivation  →  the soul (affective); and
how  → skills  → the sword (pragmatic implementation).

Selanjutnya, Joe menulis:
what →  intelligence →  customer focus →  the brain (analytic);
why →  motivation →  integrity →  the soul (affective); and
how →  skills →  results orientation → the sword (pragmatic implementation).

Melihat "best practices" dari Joe Marasco, maka tentu saja, kita mulai memahami, bahwa faktor people dan managing people merupakan hal krusial dalam pengembangan perangkat lunak. Saya sebagai seorang profesional Teknologi Informasi, selalu menggunakan paradigma Joe Marasco dalam mengembangkan proyek perangkat lunak, dan sebagai dosen saya selalu membimbing mahasiswa2 saya untuk mengikuti paradigma sukses dari Joe Marasco tersebut. Sebaliknya, jika ketiga spektrum Joe Marasco ini tidak terlihat lagi dalam suatu proyek pengembangan perangkat lunak, maka saya bisa pastikan, kegagalan proyek TI tersebut sudah diambang pintu. 
Sudah waktunya untuk melakukan perubahan, dan perubahan itu selalu dimulai dari me, myself and I ... keep asking: "what are we trying to do?"; "why are we doing that?"; "how do we plan and execute to get it done?"


Catatan: Tentang Joe Marasco
JOE MARASCO retired as a senior vice president and business-unit manager for Rational Software in 2003 after 17 years of service. From 2005 to 2008, he was president and CEO of Ravenflow, a software start-up addressing requirements definition using natural language processing. He is the author of The Software Development Edge: Essays on Managing Successful Projects (Addison-Wesley, 2005

Mengapa sukar menilai valuasi start up TIK?

Saya merupakan pembaca setia dari blogger @rahards. Nama blog beliau adalah Padepokan Budi Raharjo (klik disini untuk menemukan blog Padepokan Budi Raharjo ). Saya kenal beliau sebagai seorang dosen, berkualifikasi S3, yang mengajarkan Keamanan Komputer dan Jaringan Komputer.

Singkat cerita, kemaren (Senin, 23 April 2012), beliau memposting ttg kegiatan beliau hari ini, Selasa, 24 April 2012, akan membawakan materi mengenai Pendanaan Start Up di bidang ICT. Klik disini selngkapnya http://rahard.wordpress.com/2012/04/23/pendanaan-startup-di-bidang-ict/
Saya pun langsung membaca materi presentasi beliau (yang dapat diunduh disini selengkapnya http://www.scribd.com/doc/90749326/Pendanaan-Startup-ICT )

Yang menarik perhatian saya adalah, pada halaman dua materi tersebut, beliau menulis bahwa:
Bank belum memiliki pengalaman dan kemampuan untuk menilai resiko kredit dan usaha di bidang TIK, sehingga mereka cenderung konservatif dalam menilai. Sebagai contoh, belum ada metode untuk menilai valuasi dari sebuah start up TIK. Akibatnya secara umum start up akan kesulitan mendapatkan pendanaan dari Bank.
(baca disini selengkapnya http://www.scribd.com/doc/90749326/Pendanaan-Startup-ICT)

Dalam keilmuan manajemen Investasi Teknologi Informasi, sebenarnya telah dikembangkan banyak metode terkait menilai valuasi dari sebuah start up TIK. Mulai dari metode konvensional (seperti ROI, IRR, NPV dan Payback Period) hingga metode yang lebih komprehensif (seperti Information Economics, Balanced ScoreCard, IT Valuation Matrix ataupun IT Value Network).

Semua metode tersebut diatas sebenarnya dapat digunakan untuk menilai valuasi start up TIK! Dan saya yakin, metode tersebut diatas dapat memberikan gambaran resiko atas suatu start up TIK. Tantangannya disini adalah apakah pihak Bank mau menggunakan pendekatan2 tersebut diatas dalam melakukan analisa kredit dan manajemen resiko?

Saya berikan sebuah contoh dalam menilai valuasi start up TIK, berupa Pembangunan Aplikasi Perangkat Lunak berbasis Web. Selengkapnya dapat diunduh disini.

Dengan menggunakan teknik Function Point Analysis, maka kita mendapatkan estimasi besar, lama waktu pengerjaan, hingga jumlah sumber daya manusia yang dibutuhkan. Tinjauan ini dapat menjadi acuan awal untuk menghitung valuasi, dengan menggunakan ROI, NOV dan Payback Period.

Untuk riset riset saya terkait menilai valuasi suatu investasi awal TIK, dapat dilihat disini selengkapnya ...

Senin, 23 April 2012

secant


Praktikum Metode Numerik
MODUL 4 Metode SECANT

BAB I
TUJUAN DAN DASAR TEORI
I.1 Tujuan
1. Menguasai metode Secant yang digunakan dalam komputasi numerik.
2. Memahami algoritma pemrograman untuk merancang program metode Secant yang ada dalam komputasi numerik.
3. Menerapkan algoritma untuk perancangan dan pembuatan program metode Secant.
4. Melakukan pengujian algoritma dan kode program
5. Membuat Dokumentasi

I. 2 Dasar Teori
Akar fungsi pada metode Secant untuk i=1 dan 2 bisa dihitung dengan metode yang lain atau ditebak. Mulai i=3, akar fungsi dihitung dengan rumus (umum):






I. 3 Langkah – langkah Metode Secant:
1. Menentukan nilai awal P0 dan P1.
2. Mencari nilai P berikutnya, dengan 



3. Menguji P, apakah f(x) 0.
4. Mencari nilai P berikutnya sampai f(x) 0.

Modul selengkapnya dapat diunduh disini.