Kamis, 03 Mei 2012

Password

Mengapa PASSWORD (terus) bertahan?
Oleh Steven J. Ross, CISA
diterjemahkan oleh Stanley Karouw ST., MTI

Merupakan rahasia umum bahwa password, sebagai sarana otentikasi yang dapat diandalkan, telah dirasakan sejak lama kegunaannya. Premis password sebenarnya cukup sederhana, yakni: Jika Anda tahu sesuatu, dan hanya anda yang tahu itu, maka acuan untuk rahasia itu, menunjukan bahwa anda adalah orang yang anda maksud.. Dan jika "sesuatu" adalah kombinasi dari karakter string, maka tidak mungkin bahwa siapa pun bias mengetahui apa yang anda rahasiakan dan dapat meniru anda! Premisnya cukup mudah tapi tidak semudah itu juga.

Satu hal yang pasti, bahwa mengetahui rahasia tidak berarti akan membuktikan bahwa Anda adalah Anda. Ini hanya membuktikan bahwa Anda adalah orang yang mengaku sebagai Anda atas dasar pengetahuan yang dianggap rahasia. Lebih buruk lagi, kebanyakan para praktisi telah menciptakan mitos password "lebih baik", yakni password yang berisi karakter khusus, angka tertentu dan panjang sedemikian rupa cenderung tidak mungkin ditebak. Cobalah j4R1d% x3. Silakan, coba. Coba mengetik itu. Tidak mudah, bukan? Sekarang tutup mata Anda dan mencoba untuk mengingatnya. Bahkan lebih keras, eh? Jika Anda harus menggunakan password seperti itu, Anda akan menuliskannya, tidak diragukan lagi, sehingga merusak premis yang diketahui (atau diketahui) hanya oleh Anda.

Namun kita semua cenderung memiliki (banyak) password. Saya memiliki password dari sebuah password di atas password lainnya. Satu untuk LAN, satu lagi untuk WAN, satu lagi untuk e-mail, satu lagi untuk timesheets dan aplikasi lainnya. Dan ada lagi password yang hanya saya gunakan di kantor. Ataupun untuk melakukan transaksi online.

Profesional keamanan komputer dan Auditor Sistem Informasi telah menghabiskan bertahun-tahun untuk mendukung password menjadi "lebih baik" yang sulit untuk dilihat kekurangannya sekarang, namun tetap ada kekurangan. Mereka memberikan perlindungan, tetapi sebenarnya itu hanya perasaan perlindungan. 

Password adalah bentuk rahasia bersama, berguna hanya jika TETAP menjadi rahasia. Memiliki password yang banyak kadang2 tidak menguntungkan, karena Anda tidak dapat mengingat mereka semua. Jadi jika Anda seperti saya dan kebanyakan pengguna lain, hanya ada dua alternatif: membuat sebuah (atau beberapa) password yang semua sama dan tidak menuliskannya, tapi menghafalnya. Dan tentu saja, SELALU meluangkan waktu untuk "direpotkan" dengan mengganti password secara rutin dan teratur.

Banyak situs web melindungi password Anda dengan SSL, dan bahwa memang perlindungan kuat. Dalam hal ini, Anda tidak hanya merasa aman, Anda aman, tetapi hanya saat Anda berjalan di bawah SSL. Password yang anda masukkan aman, kecuali orang lain mendapatkannya lebih dulu. Ini seperti memiliki kunci terbaik dunia di pintu depan dan kemudian membagi-bagikan kunci.
Untungnya, garis-garis besar solusinya menjadi jelas. Dalam waktu dekat, saya yakin kita akan mengganti password. Mungkin cara yang lebih baik untuk menempatkan itu adalah bahwa kita akan mengganti semua password hantadengan satu. Hanya saja tidak akan menjadi kata sandi seperti itu. Ini akan memberi kita akses yang sama seperti yang kita miliki, mungkin lebih baik, tetapi kita tidak perlu mengingat apa pun, tidak perlu menuliskan apa pun. Ini disebut sertifikat. Tentu saja, sertifikat bukan solusi sempurna. Mereka datang dengan kantong masalah mereka sendiri, tetapi merupakan kantong jauh lebih kecil daripada yang dibawa oleh semua password. Intinya adalah bahwa sertifikat-string digital menggunakan fungsi kriptografi untuk memastikan identitas-mendapatkan kepercayaan dari pihak ketiga untuk menjamin Anda. Semua orang yang dapat membaca sertifikat tahu Anda adalah yang Anda katakan, bahwa Anda bisa melakukan apa yang Anda katakan anda bisa lakukan.
Tapi sampai semua orang memiliki sertifikat, sampai semua orang (atau setidaknya banyak kita) menggunakan mereka, password akan bertahan. Mereka ada karena kita telah membuat mereka ada dan mereka tidak akan hilang sampai kita semua menyadari kelemahan mereka. Kita semua harus masuk dengan sertifikat atau kita semua akan ditinggalkan. Ini adalah cara baru dalam melakukan sesuatu, suatu tatanan baru. Tentu saja perubahan menakutkan. Tapi semua password yang Anda bawa cukup menakutkan juga.

Steven J. Ross, CISA
Direktur di Deloitte & Touche, alamt kontak di stross@dttus.com
(diterjemahkan dan diedit seperlunya oleh Stanley Karouw, ST., MTI sebagai studi kasus dalam Mata Kuliah Audit Sistem Informasi)

Sequence Diagram


Menggambar Sequence Diagram
Apa tujuan membuat UML Sequence Diagram? Ada beberapa tujuan mengapa harus membuat Sequence Diagram diantaranya adalah 1). untuk menggambarkan interaksi antar objek di dalam dan di sekitar sistem termasuk pengguna, display, dan sebagainya, yang digambarkan dengan hubungan message dan waktu; 2) untuk menggambarkan skenario atau rangkaian langkah-langkah yang dilakukan sebagai respons dari sebuah event untuk menghasilkan output tertentu.
Cara menggambarkan sequence diagram:
1) Sequence diagram terdiri atas dimensi vertikal (waktu) dan dimensi horizontal (obyek-obyek yang terkait).
2) Diawali dari apa yang men-trigger aktivitas tersebut, proses dan perubahan apa saja yang terjadi secara internal dan output apa yang dihasilkan.
3) Masing-masing objek, termasuk aktor, memiliki lifeline vertikal.
4) Message digambarkan sebagai garis berpanah dari satu objek ke objek lainnya. Pada fase desain berikutnya, message akan dipetakan menjadi operasi/metode dari class.
5) Activation bar menunjukkan lamanya eksekusi sebuah proses, biasanya diawali dengan diterimanya sebuah message.
6) Untuk objek-objek yang memiliki sifat khusus, standar UML mendefinisikan icon khusus untuk objek boundary, controller dan persistent entity.


Berikut saya berikan contoh sebuah proses menggambar Sequence Diagram. Proses bisnis yang digambarkan adalah proses pembelian minuman yang dilakukan oleh seorang actor lewat vending machine. Untuk mempermudah proses penggambaran maka bisnis proses ini dibagi menjadi 3 bagian dengan scenario yang berbeda-beda.

Identifikasi dan klasifikasi obyek adalah: 
Front adalah interface, register adalah controller untuk pembayaran, dan dispenser adalah controller untuk pilihan minuman. 
Scenario pertama mendemonstrasikan proses pembelian dimana:
1) Actor mengisi uang (insert input) sesuai dengan harga minuman. 
2) Input ini diteruskan ke bagian register control. Oleh karena jumlah uang yang dimasukkan sama persis dengan harga minuman, maka dari itu proses ini berhenti disini saja.
3) Selain uang, actor juga menyeleksi minuman yang diinginkan (select selection). Dispenser controller mengirim minuman tersebut ke front. 
Lihar Gambar Sequence Diagram Skenario Pertama dibawah ini:
 Sequence Diagram (Membeli Minuman – Part 1)
Sumber: Schmuller (1999, hal.109)

Scenario kedua:
1) Ada 2 kondisi untuk input yaitu input = price dan input > price.
2) Jika input=price dan pilihan minuman tersedia,maka dispenser akan langsung mengirim minuman tersebut. (Prosesnya sama dengan gambar sequence diagram di atas).
3) Perbedaan antara kedua sequence diagram ini yaitu diagram kedua menambahkan sebuah kondisi jika input > price.
4) Ada 2 hal yang akan divalidasi di sini yaitu:
a. Jika tidak ada uang kembalian tersedia di register controller, maka register akan mengembalikan input (uang) dan transaksi berakhir.
b. Jika ada uang kembalian, maka register akan meneruskan transaksi ini dengan mengirimkan message ke dispenser controller. Kemudian, register akan mengembalikan uang kembalian tersebut. Setelah itu, dispenser controller akan mengirimkan minuman sesuai pilihan si actor.
Lihat Gambar Sequence Diagram Skenario Kedua dibawah ini:

Sequence Diagram (Membeli Minuman – Part 2)
Sumber: Schmuller (1999, hal.111)

Scenario ketiga:
1) Proses ketiga ini adalah lanjutan dari proses sebelumnya.
2) Perbedaannya terletak pada pilihan minuman.
3) Ada 2 hal mengenai pilihan minuman yang akan divalidasi di sini yaitu:
c. Jika minuman yang diinginkan tidak tersedia di dispenser controller, maka dispenser akan menampilkan message untuk memberitahukan hal tersebut ke actor.
d. Jika pilihan minuman tersedia, maka dispenser controller akan mengirimkan minuman sesuai pilihan si actor lewat front interface.
Lihat Gambar Sequence Diagram Skenario Ketiga dibawah ini:

Sequence Diagram (Membeli Minuman – Part 3)
Sumber: Schmuller (1999, hal.111)


TIPS menggambar Sequence Diagram adalah:
PASANGKAN dengan Use Case Tabel !!!
(dan COCOKKAN dengan ACTIVITY DIAGRAM)

Sebuah Video tentang Sequence Diagram, dapat dilihat disini:
http://www.youtube.com/watch?v=4WDbte6cPa8&feature=relmfu

Sebuah Tutorial Menggambar Sequence Diagram dengan menggunakan Visual Paradigm, dapat dilihat disini:
http://www.youtube.com/watch?v=18_kVlQMavE&feature=related


Inovasi e-University

PERUBAHAN!!!
Saya kira kata magis ini yang semakin menjamur dimana-mana. Panggung politik, dari level internasional hingga lokal, mengusung tema ini sebagai ikon. Begitu pun dalam dunia pendidikan. Tapi benarkah PERUBAHAN benar-benar diimplementasikan?
Just recently, saya diberi tahu lewat ACM (atau Association Computer Machinery, dimana saya adalah salah satu membernya) bahwa MIT telah memulai program PERUBAHAN yang disebut MITx. Program MITx ini dipelopori oleh seorang peneliti Anant Agarwal (Staf Pengajar Senior MIT, yang telah berpengalaman mengajar selama 20 tahun, dalam bidang Circuits and Electronics). Penjelasan langsung tentang proyek MITx ini diterangkan disini.


Pada intinya, menurut Prof Anant Agarwal, MITx adalah sebuah initiatives untuk Open Learning Enterprise, yang akan memberikan kesempatan luas kepada semua mahasiswa untuk berkolaborasi dalam belajar.
Belum sempat saya mempelajari dengan lengkap tentang MITx, maka (kembali) melalui Prof @erikbryn (Harvard University) saya diberi tahu bahwa Harvard University dan MIT telah memulai kesepatan untuk mengembangkan sebuah proyek yang disebut EDx, yakni "bergabungnya" Harvard University dalam proyek MITx-nya Prof Anant Agarwal. Lihat berita selengkapnya disini.
Saya "terkejut" akan begitu cepatnya kedua raksasa lembaga pendidikan tinggi ini melakukan kerjasama antar-lembaga untuk suatu proyek REVOLUSIONER, yang akan mengubah wajah-pendidikan di masa depan. Kedua universitas raksasa tersebut telah membuktikan bahwa hambatan-hambatan politis TIDAK BERLAKU untuk dunia pendidikan tinggi.



Di Universitas Sam Ratulangi Manado sendiri, baru saja memulai studi tentang e-Learning, bekerja sama dengan Institut 10 November Surabaya (ITS) dan Kumamoto University Jepang. Riset tentang e-Learning akan disponsori oleh JICA Jepang. Pertemuan initiatives, dilaksanakan dengan menggunakan teknologi videoconfrence. Sepertinya, kita "benar-benar" telah tertinggal. Karena kerjasama kelembagaan antara Unsrat - ITS - Kumamoto ini baru terjalin diantara "pribadi" antar-dosen, belum merupakan "mou"antar lembaga. Risetnya pun baru akan dimulai, sementara Harvard dan MIT telah masuk pada tahap implementasi.
Saya kira, kita tidak perlu rendah diri. Paling tidak, sebuah contoh telah dilakukan oleh MIT dan Harvard University. Sebagai seorang peneliti, kita tidak perlu malu untuk belajar dari kedua-raksasa pendidikan ini, sambil kita melakukan adjustment, menurut budaya asia (Unsrat - ITS - Kumamoto). Saya yakin, terobosan bisa terjadi dalam project ini. Dan saya bangga, ikut terlibat dalam PERUBAHAN ini.
Pagi ini, saya men-tweet: 
@stanlysk: *semoga* jalan-panjang menuju ideal-platform e-University yg sesuai dgn budaya asia, bisa SEGERA dipatenkan oleh Unsrat-ITS-Kumamoto

Catatan:
Saya menulis tulisan blog ini dengan menggunakan koneksi internet Unsrat, dgn kecepatan 1 GB/s, sambil mengunduh aplikasi Google Drive (free media storage 5 GB dari Cloud Computing Google), menunggu para mahasiswa untuk memberi kuliah Analisa dan Perancangan Sistem!

Rabu, 02 Mei 2012

Paradigma Web 2.0: Agile Process

Tulisan ini merupakan lanjutan dari Paradigma Web 2.0 bagian pertama yang telah saya tulis sebelumnya disini. Jika pada tulisannya sebelumnya, saya cenderung menyoroti adanya suatu perubahan paradigma dalam platform Web 2.0, maka pada bagian ini, saya akan menyoroti beberapa faktor pemicu akselerasi Web 2.0 itu.
Keilmuan Informatika merupakan keilmuan yang berkembang pesat, karena dinamis dan mengglobal. Dari sudut pandang saya, maka akselerasi perkembangan Web 2.0 itu dapat dilihat dari beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut adalah process, people and technology.
1. Process
Process yang saya maksudkan disini adalah proses pengembangan perangkat lunak aplikasi. Sebenarnya Web 2.0 adalah produk perangkat lunak, dimana perangkat lunak ini, dibangun dengan disiplin software engineering. Nah, dari kacamata software engineering, maka pengembangan aplikasi perangkat lunak harus mengikuti SDLC atau Software Development LifeCycle. Bahasan tentang metodologi SDLC selengkapnya bisa dilihat pada tulisan2 saya disini, disini dan disini. Ketiga metodologi yang telah saya tuliskan itu merupakan metodologi pengembangan perangkat lunak dengan paradigma SDLC dan telah terbukti ampuh menjawab permasalahan pengembangan aplikasi.



Memasuki era 2000- an, maka muncul suatu pendekatan baru dalam pengembangan aplikasi perangkat lunak, khususnya aplikasi perangkat lunak berbasis web. Pendekatan tersebut adalah pendekatan agile.
Pendekatan agile software development pada aplikasi perangkat lunak berbasis web, sangat mempersingkat waktu pengembangan aplikasi. Biasanya dibutuhkan waktu berbulan-bulan bahkan setahun lebih untuk mengembangkan sebuahbaplikasi berbasis web, tapi dengan metodologi dgn pendekatan agile, maka menghasilkan produk software menjadi lebih singkat. Kuncinya sebenarnya ada pada menghasilkan "beta released" dari suatu aplikasi dan komitmen stakeholders dalam membuat perangkat lunak. Dengan menunjukkan terlebih dahulu kepada stakeholders suatu working - software dalam versi beta released, maka time to market sebuah aplikasi dapat dipercepat.
Selain itu pendekatan agile juga bersifat lebih responsive terhadap perubahan requirement. Kita tahu bersama, dalam pengembangan suatu aplikasi perangkat lunak, perubahan requirement sering terjadi. Saat sebuah perangkat lunak direleased untuk digunakan organisasi, biasanya perangkat lunak tersebut "mengikuti" proses bisnis tertentu dalam organisasi. Dalam dunia bisnis, perubahan proses bisnis seringkali menjadi "mati hidupnya" suatu organisasi. Dengan karakteristik agility, maka aplikasi perangkat lunak yang dibangun untuk mendukung proses bisnis, dapat diubah, disesuaikan dalam waktu yang relatif singkat.
Prinsip pendekatan agile selengkapnya  dapat ditemukan pada Agile Alliance. Prinsip dasarnya menjelaskan bahwa pendekatan agile dalam disiplin ilmu teknik informatika diperlukan untuk mengurangi kelambanan dalam tahapan pengembangan perangkat lunak, guna mengantisipasi kebutuhan bisnis yang menuntut dihasilkannya perangkat lunak dengan time-to-market yang singkat. Pendekatan Agile juga berarti sebagai suatu tim yang siap merespons perubahan, yakni perubahan kebutuhan pengguna. Dalam pemahaman ini berarti setiap tim pengembang harus erat bekerja sama dengan pengguna dalam mengembangkan aplikasi berbasis web. Kolaborasi pengguna dan pengembang sangat krusial dilakukan untuk mengantisipasi adanya perubahan dalam kebutuhan perangkat lunak. Tanggap mengantisipasi perubahan merupakan ciri utama dari pendekatan agile. 
Dalam pengalaman saya mengembangkan aplikasi perangkat lunak, maka menggunakan paradigma Agile adalah "susah susah gampang" (dialek Manado, yang berarti kondisi kerja yang mudah namun di saat yang bersamaan bisa menjadi sulit). Tantangannya disini adalah bagaimana mendapatkan stakeholders yang memiliki komitmen, dan menemukan programmer yang ready. Untuk situasi dan kondisi di Manado (hingga tulisan ini dibuat, 2012), maka kombinasi stakeholders yang berkomitmen dengan programmer yang ready, SUKAR ditemukan. 
Implementasi pendekatan agile relatif lebih mungkin dilakukan dalam situasi dan kondisi pengembangan keilmuan, misalnya dalam penyelesaian Kerja Praktek dan Tugas Akhir mahasiswa. Untuk inipun, masih sebatas pada metodologi Agile - Unified Proces; yang pada dasarnya bukanlah metodologi ägile" yang original, karena masih "dikaitkan" dengan Unified Software Development Process.

2. People
Saya berpendapat bahwa perkembangan Web 2.0 yang pesat ditunjang oleh manusia itu sendiri. Kita tidak bisa melupakan jasa para software engineers yang melakukan riset-riset terkait yang mendukung kelahiran Web 2.0 dan teknologi jaringan komputer. Sebut saja Tim Bernes Lee dari CERN. Kemudian Bill Gates dari Microsoft dan Steve Jobs dan Steve Wozniak dari Apple. Saya secara pribadi mengagumi Dennis Ritchie yang mengembangkan bahasa C. Bahasa C ini menjadi dasar pengembangan berbagai aplikasi yang mendukung lahirnya aplikasi perangkat lunak berbasis web. Linus Trovalds juga merupakan salah satu tokoh yang perlu disebut. Bagian ini saya akan jelaskan pada tulisan yang tersendiri.

3. Technology.
Secara mendasar, teknologi yang mendukung perkembangan Web 2.0 dapat dibagi menjadi 3 bagian: 1) hardware, 2) jaringan dan 3) software. Bagian ini pun saya akan tuliskan tersendiri.

Catatan Hardiknas 2012 dan TIK

Pukul 07.00 Pagi, semua dosen, pegawai dan mahasiswa Universitas Sam Ratulangi Manado telah bersiap untuk melakukan Upacara Peringatan Hari Pendidikan Nasional, 2 Mei 2012 di Lapangan KONI Sario Manado. Kegiatan apel memperingati hari kenegaraan tertentu memang sering dilakukan dalam lingkungan kampus Unsrat. Namun, pelaksanaan upacara memperingati Hardiknas tahun ini dirasakan sedikit berbeda. Mengapa berbeda? Sedikitnya ada beberapa hal ...
Universitas Sam Ratulangi baru "pertama kali" ini melakukan apel di Lapangan KONI Sario Manado. Biasanya, kita melaksanakan apel di dalam lingkungan kampus Unsrat. Tapi dengan adanya kondisi "pembangunan" disana sini, maka dirasakan tidak ada lagi tempat yang cukup memadai untuk menampung "ribuan" warga keluarga besar (dosen, pegawai dan mahasiswa) Unsrat.
Ini merupakan hal yang baik menurut hemat saya. Situasi "pindah"-nya lokasi Apel, secara langsung menunjukkan bahwa Unsrat sedang giat-giatnya melakukan pembangunan. Tentu saja pembangunan yang saya maksudkan disini adalah pembangunan fisik, infrastruktur bangunan. Hal ini ditegaskan kembali dalam Sambutan Rektor Prof. DR. D Rumokoy, bahwa visi Universitas Sam Ratulangi, to be excellent University, masih akan di FOKUSkan pada ëxcellent" dalam pembangunan infrastruktur sarana pendidikan, seperti ruang kuliah, Rumah Sakit Pendidikan dan sarana pendukung lainnya. 
Namun, demikian apakah berarti Unsrat akan mengabaikan pembangunan "soft" excellent university? Yang saya maksudkan disini adalah riset-riset menurut keilmuan tertentu dan pengabdian pada masyarakat? Dari sambutan Rektor, sepertinya tidak begitu. Informasi yang saya dapatkan dan ditegaskan oleh beberapa teman, Unsrat akan membangun "soft" excellent university dalam hal Lembaga Kajian Policy dan Regional Studies.

Sebagai seorang dosen "muda" di lingkungan Program Studi Teknik Informatika, maka saya pribadi melihat investasi dalam bentuk pengadaan infrastruktur Teknologi Informasi di kampus Universitas Sam Ratulangi benar-benar sangat besar. Universitas Sam Ratulangi telah membangun jaringan komputer yang menggunakan fiber optic, yang menghubungkan puluhan titik "hot spot". Disamping itu, Universitas Sam Ratulangi juga telah memiliki Knowledge Management Systems (KMS), berupa 8 (delapan) Sistem Informasi yang difokuskan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses belajar mengajar dalam lingkungan Universitas Sam Ratulangi.
Prodi Teknik Informatika sendiri mendapat dana yang luar biasa besar untuk pengadaan Laboratorium Teknologi Informasi Komunikasi (Lab TIK). Lab TIK ini dapat dikatakan merupakan Lab TIK yang sangat modern, yang pernah ada di Sulawesi Utara.
Saya kira, jika dikatakan bahwa visi Universitas Sam Ratulangi adalah menuju Universitas Unggulan di Sulawesi Utara, dengan melihat kenyataan pembangunan infrastuktur yang sedemikian gencarnya, maka memang dapat dikatakan bahwa Unsrat telah menjadi EXCELLENT UNIVERSITY.

Tetapi apakah hanya dengan membangun infrastruktur sedemikian gencarnya maka, Universitas Sam Ratulangi bisa menjadi EXCELLENT? Saya berargumentasi: tidak!
Dibutuhkan suatu sudut pandang yang komprehensif untuk memahami bahwa keunggulan suatu lembaga pendidikan tinggi, bukan dari sekedar pembangunan infrastrukturnya saja. Masih banyak aspek keunggulan yang HARUS diperhatikan segenap Keluarga Besar Unsrat.
Misalkan saaja dalam hal infrstruktur Teknologi Informasi, maka jaringan komputer yang telah ada, perlu untuk dikelola dengan optimal. Disana sini masih terdapat kasus "salah kelola" jaringan komputer Unsrat. Isu availability (atau ketersediaan) koneksi internet masih menjadi masalah di akar-rumput. Belum lagi ditambah dengan content yang diakses yang cenderung tidak mendukung proses belajar-mengajar (yakni kebanyakan mengakses Facebook saat jam kerja, atau mahasiswa yang cenderung mengkases game online).
Dibutuhkan sebuah KOMITMEN bersama untuk menjadikan institutsi kebanggaan Sulawesi Utara ini makin EXCELLENT secara komprehensif. 

Baru-baru ini via twitter saya mendapat informasi mengenai hasil penelitian terkini terkait adanya hubungan yang signifikan linier antara GDP per kapita penduduk dengan skor matematika internasional. Studi ini dilakukan sejak tahun 1960 hingga 2010, di Amerika dan Kanada.


Hasil yang "tak terbantahkan" menunjukkan bahwa lembaga Pendidikan Tinggi masih sangat diperlukan untuk mereformasi dirinya, agar dapat meningkatkan daya saing bangsa di masa mendatang. Masih diperlukan pembangunan BUDAYA ORGANISASI yang lebih adaptif, modern dan melembaga. Dan cara untuk meraihnya hanya dengan menciptakan budaya keunggulan-yang-terus-menerus ... tidak hanya berhenti pada "suatu periode kepemimpinan"seorang Rektor.

Maju Terus Universitas Sam Ratulangi ... menuju Excellent University!