Minggu, 07 Oktober 2012

Membangun Model Spesifikasi Software

Apa yang dimaksud dengan Membangun Model Spesifikasi Software?

Kita tahu bersama, setelah tim pengembang dan stakeholders selesai melakukan elisitasi dan pendefinisian persyaratan perangkat lunak, maka langkah selanjutnya adalah membangun model spesifikasi perangkat lunak. Model spesifikasi perangkat lunak, merupakan "gambaran" awal dari setiap kebutuhan fungsional (dan non fungsional) yang akan dikembangkan, sebagai fungsi (atau fitur) perangkat lunak tersebut.

Proses membangun model spesifikasi perangkat lunak, tidaklah sulit, namun memerlukan fokus perhatian yang extra dari tim pengembang. Aktivitas ini merupakan tugas system analyst, dengan tujuan, membangun model sistem perangkat lunak dgn "bahasa" yang dapat dipahami oleh tim pengembang dan, tentu saja stajeholders. Membahasakan sistem perangkat lunak dalam "bahasa" teknis, namun harus dapat dipahami oleh stakeholders adalah tantangan terbesar yang harus dihadapi oleh system analyst.

Biasanya, setelah daftar kebutuhan perangkat lunak, disepakati oleh stakeholders dan tim pengembang, maka system analyst akan segera membuat apa yang disebut requirements model. Inilah yang disebut representasi teknis dari sistem perangkat lunak yang akan dibangun. Proses pemodelan teknis dari requirements software ini, akan menggunakan teks dan diagram.

Aturan-aturan pemodelan spesifikasi teknis, ditulis oleh DeMarco, hingga kini masih digunakan dalam disiplin rekayasa perangkat lunak modern. Alan Davis mengatakan bahwa: ... Suatu pandangan kebutuhan dari sudut pandang tertentu tidak memadai untuk memahami atau mendeskripsikan perilaku yang dikehendaki dari suatu sistem yang kompleks ..., atas dasar pertimbangan DeMarco dan Alan Davis tersebut, maka disiplin pemodelan spesifikasi sistem perangkat lunak, dibedakan menjadi beberapa sudut pandang, yakni:
1). Model berbasis Skenario (scenario-based); model ini merupakan model perangkat lunak, dari sudut pandang user atau pengguna;
2). Model Data; yakni merupakan model yang menjelaskan bagaimana data ditransformasikan dalam sistem perangkat lunak yang akan dikembangkan;
3). Model Kelas (class-oriented); yakni merupakan model yang mendefinisikan objects, attributes serta relasi antar kelas yang ada;
4). Model berorientasi aliran (flow-oriented); adalah model yang menjelaskan bagaimana hubungan antara elemen fungsional dan data berinteraksi; bagaimana data dikelola, saat melintasi sistem perangkat lunak;
5). Model Perilaku (behavioral); yakni menggambarkan bagaiman sistem perangkat lunak "berperilaku" terhadap event-event yang datang dari luar sistem.

Jadi, banyak "model" bukan untuk membingungkan tim pengembang terlebih stakeholders. Justru dengan memandang sistem perangkat lunak dari "berbagai" perspektif, maka tim pengembang dan stakeholders akan semakin "memahami" perangkat lunak yang akan dikembangkan. Singkatnya, model membantu "proses pendefinisian" perangkat lunak.

Menurut Pressman, terdapat 3 tujuan dari tahap ini, yaitu:
1). untuk menjelaskan apa yang diinginkan oleh stakeholders;
2). untuk meletakkan dasar2 bagi tahap sottware design berikutnya;
3). untuk menajamkan sekumpulan requirements perangkat lunak, yang dapat divalidasi, saat akan membangun sistem perangkat lunak tersebut.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar