Tampilkan postingan dengan label e-Business. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label e-Business. Tampilkan semua postingan

Selasa, 06 November 2012

Pengantar e-Commerce


Beberapa mahasiswa membuat tugas project terkait aplikasi e-Commerce. Hampir semua dokumentasi yang masuk, menunjukkan bahwa tim pengembang mahasiswa tersebut, tidak memahami sepenuhnya tentang proses bisnis dari e-commerce itu sendiri. Tulisan ini merupakan catatan kuliah yang berupaya untuk memberikan pengertian awal mengenai konsep e-Commerce tersebut.

Definisi dari e-Commerce sendiri sangat beragam, tergantung dari perspektif atau kacamata yang memanfaatkannya. Association for Electronic Commerce secara sederhana mendifinisikan e-Commerce sebagai mekanisme bisnis secara elektronis. CommerceNet, sebuah konsorsium industri, memberikan definisi yang lebih lengkap, yaitu penggunaan jejaring komputer (komputer yang saling terhubung) sebagai sarana penciptaan relasi bisnis. Tidak puas dengan definisi tersebut, CommerceNet menambahkan bahwa di dalam e-Commerce terjadi proses pembelian dan penjualan jasa atau produk antara dua belah pihak melalui internet atau pertukaran dan distribusi informasi antar dua pihak di dalam satu perusahaan dengan menggunakan intranet.

Chaffey membedakan pengertian e-business dan e-commerce. E-business diartikan sebagai he transformation of key business process through the use of internet technologiese-business cencerung kepada pemanfaatan teknologi internet dalam melakukan proses bisnis. E-commerce disebut sebagai  all electronically mediated information exchanges between an organizations and its external stakeholderse-commerce hanya sekedar pada tindakan menjual dan membeli dengan menggunakan internet. Pengguna internet yang semakin banyak dan jangkauan interkoneksi yang semakin meluas memungkinkan terjadinya e-business.

2. Proses Bisnis 
Pada prinsipnya, terdapat perbedaan mendasar pada proses bisnis perdagangan secara manual dan yang menggunakan e-commerce. Perbedaan proses bisnis tersebut dapat dilihat pada Gambar 1 dan Gambar 2 berikut


Gambar 1. Proses Bisnis Manual



Gambar 2. Proses Bisnis e-Commerce

Dari Gambar 1 dan Gambar 2 diatas, jelas terlihat perbedaan mendasar antara proses manual dan dengan e-commerce, dimana pada proses dengan e-commerce terjadi efisiensi pada penggunaan fax, pencetakan dokumen, entry ulang dokumen/jasa. Efisiensi tersebut menunjukkan penghematan biaya dan mempercepat waktu proses. Kualitas transfer data pun lebih baik, karena tidak dilakukan entry ulang yang memungkinkan terjadinya human error.

Secara ringkas e-commerce mampu menangani masalah berikut:
a. Otomatisasi, proses otomatisasi yang menggantikan proses manual (disebut “enerprise resource planning” concept).
b. Integrasi, proses yang terintegrasi yang akan meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses (disebut “just in time” concept).
c. Publikasi, memberikan jasa promosi dan komunikasi atas produk dan jasa yang dipasarkan (disebut “electronic cataloging” concept).
d. Interaksi, pertukaran data atau informasi antar berbagai pihak yang akan meminimalkan “human error” (diagram “electronic data interchange/EDI” concept).
e. Transaksi, kesepakatan antara 2 pihak untuk melakukan transaksi yang melibatkan institusi lainnya sebagai pihak yang menangani pembayaran (disebut “electronic payment” concept).

3. Mekanisme e-Commerce
Konsumen yang hendak memilih produk layanan akan dibeli bisa menggunakan ‘shopping cart’ untuk menyimpan data tentang barang-barang yang telah dipilih dan akan dibayar. Konsep ‘shopping cart’ ini meniru kereta belanja yang biasanya digunakan orang untuk berbelanja di pasar swalayan. ‘Shopping cart’ biasanya berupa formulir dalam web, dan dibuat dengan kombinasi CGI, database, dan HTML. Barang-barang yang sudah dimasukkan ke shopping cart masih bisa di-cancel, jika pembeli berniat untuk membatalkan membeli barang tersebut.
Jika pembeli ingin membayar untuk barang yang telah dipilih, maka harus mengisi form transaksi. Biasanya form ini menanyakan identitas pembeli serta nomor kartu kredit. Karena informasi ini bisa disalahgunakan jika jatuh ke tangan yang salah, maka pihak penyedia jasa e-commerce telah mengusahakan agar pengiriman data-data tersebut berjalan secara aman, dengan menggunakan standar security tertentu.
Setelah pembeli mengadakan transaksi, akan mengirimkan barang yang dipesan melalui jasa pos langsung ke rumah pembeli. Beberapa cybershop menyediakan fasilitas bagi pembeli untuk mengecek status barang yang telah dikirim melalui internet.

Untuk keterangan yang lebih lengkap terkait e-Commerce dapat mengunduh pada link dibawah ini:


Selasa, 01 Mei 2012

e-Business: Shopping Chart

Melanjutkan tulisan saya tentang e-Business, yakni mengenai Storefront Model disini. Maka kali ini saya akan menulis tentang teknologi Shopping Chart.

Seperti telah saya kemukan sebelumnya, model e-bisnis Storefront Model, berusaha untuk mempertemukan secara langsung seller dan buyer, dalam platform Web 2.0. Model bisnis ini menjadi "possible" dilakukan karena ditemukannya teknologi shopping chart. Teknologi shopping chart sebenarnya adalah sebuah teknologi yang memungkinkan calon pembeli memesan produk yang akan dibeli dan kemudian menyimpannya sebelum dibayar. Konsep shopping chart sebenarnya seperti keranjang belanja saat kita berbelanja di hypermart ataupun supermarket. Tentu saja, konsep ini berbeda dengan keranjang belanja saat kita berbelanja di pasar tradisional. Karena di pasar tradisional, keranjang belanja ditujukan untuk menampung barang-barang ÿang telah dibayar", sedangkan keranjang belanja di hypermart atau supermarket, ditujukan untuk menampung barang-barang yang belum dibayar, bahkan belum tentu dibeli. Inilah pemahaman kunci dari teknologi shopping chart.

Jadi, dengan teknologi shopping chart, dibutuhkan dukungan teknologi otentikasi user, user interface catalog, dan tentu saja, teknologi basis data relational. Pihak merchant mau tidak mau harus menyediakan server untuk data storage dan server untuk web applications. DBMS (database management system) harus bisa mengelola proses storing, reporting dan updating data dalam jumlah besar dan secara online. Bisa dibayangkan sekiranya pada saat yang bersamaan website server harus melayani "permintaan"data processing dalam jumlah besar pada saat yang bersamaan. Maka tentu saja, implementasi DBMS harus menjadi salah satu pertimbangan utama, bagi para pebisnis yang ingin melakukan e-bisnis menurut model storefront.

Isu security dan privacy memang masih menghantui teknologi shopping chart. Namun demikian "success story" beberapa pebisnis online pun makin terkenal. Lihat saja Amazon.com. Dibuka di tahun 1994, maka Amazon.com memasuki dunia bisnis online awalnya hanya sebagai retailer mail-order book. Lini produk Amazon.com awalnya hanya buku sekarang telah berkembang menjadi banyak produk seperti CD, DVD, electronic cards, consumer electronics, perangkat keras berbagai jenis dan masih banyak lagi. Perkembangan terakhir dari Amazon.com malah telah "mengubah"model e-bisnisnya dengan mengimplementasikan teknologi Cloud Computing (yang akan saya ulas pada bagian tersendiri).

Proses commerce di Amazon.com dibuat menjadi sangat sederhana. Kita dapat langsung masuk ke halaman depan Amazon.com, kemudian langsung memilih produk yang ingin kita beli. Fitur "SEARCH BOX" yang terletak dibagian atas tengah halaman web, sangat menyolok dan lumayan besar. Disisi kanan halaman utama ditampilkan pilihan belanja menurut departemen, yakni produk- produk yang telah dikategorikan oleh management Amazon.com. Setelah memilih produk yang ingin kita beli, kita tinggal menekan ADD TO SHOPPING CHART yang ada di sebelah kanan atas halaman web. Shopping chart akan memproses data pembelian tersebut, dan kepada kita akan ditampilkan opsi menambah, mengurangi, membatalkan kuantitas setiap item produk yang ingin kita beli, ataupun untuk memilih selesai belanja dan melanjutkan belanja.
Pembeli langganan, dapat memanfaatkan teknologi 1-Click System. Teknologi ini sebenarnya yang saya kagumi dari Amazon.com, karena dapat "mengingat" sejarah belanja saya, sehingga membantu saya untuk lebih efisien dalam "menemukan" produk yang ingin kita beli selanjutnya.

Selain amazon.com, maka kita bisa melihat www.etoys.com, dan www.webvan.com sebagai contoh model bisnis storefront dengan teknologi shopping chart.

e-Business (Bagian 1: Pengantar)

e-Business Models
Pengantar: saya tertarik mulai menulis tentang e-business. Sebagai bekas mahasiswa, saya memang pernah mengikuti kuliah tentang e-Business di Fakultas Ilmu Komputer - Magister Teknologi Informasi. Selain itu, saya juga sering ditugaskan untuk mengampu mata kuliah Aplikasi Sistem Enterprise dan e-Business. Pengalaman sebagai seorang praktisi e-Business juga akan turut mewarnai tulisan-tulisan saya ini. Semoga bermanfaat.

Pengertian Dasar
Banyak yang telah mencoba mengartikan e-business. Tapi, secara sederhana kita dapat memahami e-business sebagai ä company that has an online presence. Entitas bisnis yang hadir secara online, dan dapat melakukan aktivitas selling (menjual), trade (berdagang), barter (bertukar-jasa) atau melakukan transaksi disebut sebagai e-commerce. Tentu saja pengertian ini dapat diperdebatkan, tapi saya melihatnya dari sudut pandang seorang praktisi.
Bahasan saya tentang e-Business, saya awali dengan Model e-Business. e-Business Model sebenarnya merupakan kombinasi dari policy, operasionalisasi, teknologi dan ideologi yang dianut oleh entitas bisnis online. Jadi, secara singkat dapat dikatakan bahwa e-Business tidak hanya "melulu" tentang teknologi (dalam hal ini teknologi Web 2.0), tapi juga berhubungan dengan proses yang ada, dan terutama budaya organisasi itu sendiri.
Secara teori, maka model e-business dibedakan menjadi:
1). Storefront Model; dimana teknologi yang digunakan dibedakan menjadi Shopping-cart Technology dan Online Shopping Malls
2). Auction Model
3). Portal Model
4). Dynamic Pricing Models

Storefront model merupakan tipe e-business yang paling populer di kalangan penggiat dunia maya. Bahkan jika masyarakat awam "bercerita" tentang pengalaman melakukan bisnis secara online, maka sebenarnya, mereka "berbisnis"secara "storefront". Model storefront mengkombinasikan transaction processing, security, online payment, dan information storage, sehingga memungkinkan penyedia menampilkan dan menjual produknya pada platform Web 2.0. Model storefront sebenarnya adalah bentuk dasar e-commerce. Storefront mempertemukan buyer dan seller secara langsung.

Teknis proses bisnisnya adalah seperti ini:
1) Untuk melakukan storefront maka diperlukan katalog online, dimana setiap produk yang akan dijual diorganisasikan pada katalog online tersebut.
2) order pemesanan dilakukan menurut official website
3) proses pembayaran pesanan dilakukan pada lingkungan yang secure (dan konfirmasi)
4) proses pengiriman barang yang dipesan kepada pelanggan (dan konfirmasi)
5) proses mengelola data pelanggan

Tren yang berkembang sekarang ini adalah proses yang ke-6, yakni "menghadirkan"official website penjual kepada pembeli. Jadi, dalam platform Web 2.0, pembeli "tidak diharuskan" untuk mendatangi toko, melainkan informasi tentang barang yang dijual yang harus mendatangi calon pembeli.

Beberapa contoh mengenai storefront model adalah More.com dan Ticketmaster.com. More.com adalah sebuah "toko online" yang memfokuskan diri pada produk-produk kesehatan dan kecantikan. Sedangkan Ticketmaster.com menjual ticket untuk konser, olahraga, seni, dll. Kedua toko online ini benar-benar melakukan bisnis online dengan model storefront.