Awalnya, saya tahu buku ini, saat direkomendasikan Pak Riri Satria. Dia adalah salah Dosen yang mengajar Mata Kuliah Corporate Information System Management (CISM) di Kelas saya, MTI UI 2007 fa.
Karena ter"inspirasi" dari perkataan-perkataan beliau. Maka, setelah punya kesempatan untuk jalan-jalan di Gramedia TA, saya pun "mengobrak-abrik" section Buku Impor. Dan pucuk dicinta, ulam tiba, ternyata, TB tersebut masih punya buku tersebut. Buku tersebut langsung berpindah tangan, dengan beberapa buku-buku lainnya (seperti The Long Tail, Born Digital dan Wikinomics).
Saya langsung memilih untuk membaca buku WWGD? duluan. Ditemani segelas coffee of the day (ultima blend) Starbucks, Croissant Cheesse dan posisi "corner seat" (yang sofanya lumayan empuk).
And, my adventures ... begin:
Saya tidak mengenal sosok Jeff Jarvis awalnya, makanya langkah awal yang saya lakukan adalah menanyakan "om google" tentang Jeff Jarvis. Saya pun langsung diarahkan untuk mengakses webnya Jeff Jarvis di http://www.buzzmachine.com/. Dari situ, setelah mengetahui bahwa beliau adalah seorang Professor .... (wuihhh ..), saya pun menjadi semakin yakin untuk membaca buku ini.
Buku What Would Google Do? sangat "mengejutkan" saya. Ide, usul, saran dan perspektif yang dikemukakan oleh Prof Jeff Jarvis, benar-benar "mencuci otak" saya. Saya sangat setuju dengan perkataan beliau:
This book is more than Google and its own rules and about more than technology and business. Its about seeing the world as Google sees it, finding your own new worldview and seeing differently. In that sense, this isn't a book about Google. It's a book about you.
Dan, setelah membaca keseluruhan buku ini, saya langsung mengiyakan. Yes Jeff, you're right! This book is about me.
Jeff Jarvis membagi buku ini dalam dua bagian;
Bagian yang pertama menjelaskan tentang nilai-nilai (dipahami sebagai values), yang dipahami, ditunjukkan, dan diterapkan Google kepada dunia. Nilai-nilai ini mendasari "new way of thinking" yang dianut Google. New values menghasilkan new way of thinking. New way of thinking menciptakan New Rules, dan saat new rules itu dipraktekkan secara global, akan menghasilkan New Age. Berikut new rules yang dipaparkan Jeff Jarvis:
1. New Relationship.
Paparan yang menarik dari Jeff Jarvis, menurut saya adalah, disaat beliau mengajukan konsep Your customer is your best friend dan Your best customer is your partner.
2. New Architecture.
Tiga hal yang menarik perhatian saya, saat membaca bagian ini, yakni bagaimana Jeff Jarvis menyarakan mengenai pola kerjasama yang harus dimiliki oleh setiap kita yang terlibat dalam "digital era" ini yakni: (i) Join a network, (ii) Be a platform, (iii) Think Distributed
3. New Publicness.
Yang menarik perhatian saya adalah saat Jeff Jarvis mengutip ungkapan Sir Martin Sorrel of WWP tentang Google, yakni frenemy .
4. New Society.
Yang menarik dalam bagian ini, adalah saat Jeff Jarvis menceritakan pengalamannya menghadiri the World Economic forum International Media Council diselenggarakan di Kota Davos, Swiss. Saat Mark Zuckerberg (penemu Facebook), yang saat itu baru berumur 22 tahun, menjawab pertanyaan dari seorang pemimpin perusahaan surat kabar internasional. Kisah Mark Zuckenberg tersebut sangat "mengena" di hati saya.
5.New Economy.
small is the new big kata Jeff Jarvis dan the mass market is dead - long live the mass of niches. Hmm, long live the mass of niches. Nampaknya, buku-buku teks ekonomi tentang manajemen harus ditulis kembali, jika apa yang dikatakan Jeff Jarvis menjadi kenyataan yang global.
6. New Business Reality.
Sedikit "panas" telinga saya saat melihat Jeff Jarvis berujar: Middleman are doomed, Free is a business model. Wah, habis deh kerjaan aku sebagai konsultan. Biar bagaimanapun, tidak bisa dipungkiri, konsultan itu seorang "middleman" juga. Untunglah, ada saran-saran praktis yang diberikan Jeff Jarvis.
7. New Attitude.
Abundance breeds quality. Sangat dalam artinya dan sangat mengena "hati" saya.
8. New Ethic.
Jeff Jarvis mengatakan: Corrections do not diminish credibility. Corrections enhance credibility. Dalam hati saya menjawab: bung Jeff, mungkin buku ini harus dibaca oleh para pemimpin di negara saya, Indonesia. Saat seperti sekarang, dimana masing-masing pemimpin berlomba-lomba membanguna kredibilitas untuk memperebutkan "kursi panas" di Senayan dan Istana Merdeka.
Life is a beta. Tunjuk jempol buat bung Jeff, once again, you're right Jeff. Saya tambahkan kutipan dari CEO Google, Eric Schmidt: "Please fail very quickly - so that you can try again". Ingin tau apa maksudnya ??? Silahkan baca sendiri penjelasannya.
9.New Speed.
Google values permanence. Sekali lagi, saya setuju denganmu Jeff!
10. New Imperatives.
Bahasan mengenai Simplify, simplify masih terus "terdengar" saat saya menulis ulasan singkat ini.
Itulah beberapa rules yang dipaparkan Jeff Jarvis di bagian pertama buku WWGD?.
Bagian kedua, Jeff Jarvis mencoba memberikan suatu wawasan yang semakin meluas. Mengenai pengaruh dari "the new way of thinking" yang dimiliki oleh Google. Mulai dari pengaruh atas Media (cetak, elektronik, perfilman), dunia Advertising, industri Retail, eksploitasi Utilities (sumber daya listrik dan telekomunikasi), industri Manufaktur, industri Jasa (penerbangan dan real estate), dunia Finansial (kapital dan perbankan) hingga akhirnya menyentuh bidang Kesejahteraan Publik (rumah sakit dan asuransi), Institusi Publik (seperti pemerintah).
Yang menarik pada bagian kedua ini adalah, bagaimana Jeff Jarvis mengulas tentang "exceptions". Yakni tentang beberapa bidang, yang menurut Jeff Jarvis terdapat "pengecualian" dari pengaruh "Google way of thinking".
Akhirnya, buku ini ditutup dengan bab Generation G.
Ada kutipan yang sangat saya amini pada bagian ini yakni:
an age of transparency must be an age of forgiveness .
Terima Kasih Jeff Jarvis!
Saya setuju dengan Chris Anderson dalam memberi kesimpulan atas WWGD.
Google is not just a company, it is an entirely new way of thinking, Jarvis has done something really important: extend that approach to business and culture, revealing just how revolutionary it is"
Awalnya saya mengira buku ini adalah tentang Google dan segala tetek bengeknya.
Ternyata, TIDAK.
Buku ini TIDAK sama sekali tentang Google.
This book is about me, myself and I ....