Banyak yang bertanya kepada saya, mengapa menjadi Sarjana Teknik Informatika? Jawaban yang akan diberikan oleh masyarakat umum cenderung adalah: kemudahan üntuk mendapatkan pekerjaan! Tetapi apakah benar menjadi seorang sarjana teknik informatika itu hanya sekedar untuk mendapatkan pekerjaan?
Mari kita lihat kutipan dari ABET (Lembaga Standar Areditasi Internasional) ...
CRITERIA FOR ACCREDITING ENGINEERING PROGRAMS
Effective for Reviews During the 2012-2013 Accreditation Cycle
Kalau kita ingin menemukan kata ïnformatics (sebagai terjemahan dari informatika) maka kita tidak akan mendapatkannya. Seperti kita ketahui, di Amerika, cabang keilmuan informatika itu disebut Computer Science (atau Ilmu Komputer). Mengenai informatika, ilmu komputer dan rekayasa perangkat lunak, akan saya terangkan pada bagian tulisan yang lain.
Pada halaman 11 dari dokumen itu khusus untuk Elektro deng Komputer (Informatika), tertulis:
PROGRAM CRITERIA FOR ELECTRICAL, COMPUTER, AND SIMILARLY NAMED ENGINEERING PROGRAMS
Lead Society: Institute of Electrical and Electronics Engineers
Cooperating Society for Computer Engineering Programs: CSAB
The curriculum for programs containing the modifier “electrical” in the title must include advanced mathematics, such as differential equations, linear algebra, complex variables, and discrete mathematics.
Jika diterjemahkan secara bebas, maka kalimat tersebut berarti:
kurikulum untuk program-program yang menggunakan kata keterangan "electrical", HARUS memasukkan matematika lanjut, seperti persamaan diferensial, aljabar linier, variabel kompleks, dan matematika diskret.
Kriteria standar seperti ini yang membedakan jenis pendidikan kesarjaanaan dan jalur vokasi (profesional). Pendidikan kesarjanaan elektro dan informatika harus BERDASAR pada keilmuan matematika seperti yang disebutkan diatas. Jika tidak ada, ini berarti suatu pendidikan S1 Elektro dan Informatika TIDAK STANDAR.
Berikut saya berikan kutipan dari milis dosen te_unsrat:
Ambe jo contoh, di bawah nama perguruan tinggi, di bawah suatu jurusan yang berjudul Teknik Elektro ato Informatika, di bawah mata kuliah dengan judul tarolah Kecerdasan Buatan Komputasional kong kase tugas beking program rekognisi tulisan. Napa d p algoritma dia cuma da unduh dari internet ada orang so beking rekognisi tulisan pake jaringan saraf tiruan. Jadi tu mahasiswa p karja cuma beking d p rancis-rancis tampilan deng sagala rupa, apa lagi pake bahasa visual le cuma banya di click and drag, kong tu kode sumber yang merupakan bagian utama dari d p tugas, yang dia cuma ada unduh, dia kurang se maso pa d p program. Jadi ini mahasiswa p kemampuan (kompetensi) cuma bahasa pemrograman yang dia ada pake itu. Tu konsep matematika jaringan saraf tiruan dia nentau, jadi dia nentau le itu algoritma di balik kode sumber rekognisi tulisan yang dia ada unduh itu, dia cuma tau bahwa itu kode sumber for rekognisi tulisan menggunakan jaringan saraf tiruan cuma dari d p judul. Jadi ini mahasiswa ini pure dummy user terhadap algoritma rekognisi tulisan berbasis jaringan saraf tiruan tadi. D p kompetensi cuma bahasa pemrograman yang dia pake itu. So paling tinggi yang dia tau dari kode sumber yang dia unduh tadi itu cuma apa d p masukan kong apa d p keluaran, d p isi sama sekali dia nentau alias blank. Jadi apa d p beda deng kursus pemrograman? Dari pada mendustai diri sandiri, berlindung di balik nama suatu perguruan tinggi, berlindung di balik nama suatu jurusan, berlindung di balik judul mata kuliah Intelegensia Komputasional, lebe bae to the point jo: KURSUS PEMROGRAMAM KOMPUTER.
Sama deng anak-anak SMK itu no, dia p karja cuma merakit komponen-komponen yang so jadi. Jadi anak SMK jo so cukup nda perlu sarjana-sarjana sagala rupa.
Inilah yang saya maksudkan dengan menjadi Seorang Sarjana Teknik Informatika! Sudah jelas, bahwa seorang sarjana teknik itu BERBEDA dengan sekedar seorang programmer, apalagi hanya user (pengguna) aplikasi komputer.
Signifikansi perbedaannya ada pada kemampuan intellectual skills yang dibangun diatas pondasi keilmuan matematika dasar dan matematika lanjut. Ciri ini SANGAT PRINSIP. Kita tidak bisa menyebut diri kita sebagai seorang SOFTWARE ENGINEER, apabila kita tidak menguasai matematika dan matematika lanjut.