Information Overload adalah terminology yang semakin sering disuarakan para pakar Teknologi Informasi.Tren information overload makin menjadi jadi. Sedemikian banyaknya kuantitas informasi yang terdapat di internet menyebabkan terjadinya fenomena “information overloaded” (banjir informasi yang tak terkendali).Tengoklah bagaimana seseorang yang ingin mencari informasi dengan kata kunci “toyota” akan terlihat bingung karena hasil pencarian menunjukkan adanya jutaan situs yang berkaitan dengan kata tersebut.
Berawal dari Aflin Toffler (www.en.wikipedia.org/wiki/Alvin_Toffler) di tahun 1970 dalam bukunya Future Shock (www.en.wikipedia.org/wiki/Future_Shock), yang menuliskan:
The dizzying disorientation brought on by the premature arrival of the future. It may well be the most important disease of tomorrow.
Toffler selanjutnya menjelaskan ...
I think there’s a tremendous undercurrent of dissatisfaction in America; people saying I want out, it’s moving too fast, it’s moving away from me; a sense of panic; a sense that things are slipping out of control and I don’t think that there’s much we can do in our personal lives to counteract that ...
(kutipandariwww.bbc.com/future/story/20120306-information-overload-fears)
Keilmuan Teknologi Informasi sendiri biasanya membedakan apa yang dimaksud dengan “browsing”, “searching”dan“surfing”. Surfing diartikan sebagai tindakan berselancar di dunia maya, yakni berpindah (atau melompat) dari satu halaman web kehalaman web lain. Searching diartikan sebagai tindakan mencari di dunia maya, yakni mencari data/informasi dengan menggunakan mesin pencari seperti Google.Sedangkan browsing diartikan sebagai tindakan menelusuri dunia maya, yakni melakukan penelusuran data atau informasi berdasarkan “kategori” tertentu, seperti misalnya dengan menggunakan mesin pencari blekko. Klasifikasi ini sebenarnya ditujukan untuk MEMBEDAKAN setiap aktivitas dunia maya yang kita lakukan.
Tentu saja harus ada teknik yang dipergunakan untuk dapat mencari informasi yang relevan dengan yang dimaksud. Ada dua teknik dasar yang biasa dipergunakan, yaitu dengan menggunakan simbol-simbol matematika dan menggunakan symbol Boolean (yang akan diterangkan di bagian lain)
Berikut adalah beberapa teknik menyaring informasi dengan menggunakan symbol matematika.
1. Filterisasi dengan Simbol Matematika PLUS
Simbol pertama yang sangat berguna untuk dipakai adalah tanda plus (+).Tanda plus dipergunakan jika seorang user ingin mencari berbagai dokumen dengan kata kunci lebih dari satu. Contohnya adalah seorang guru yang ingin mencari informasi mengenai profil penduduk di kota Manado, maka yang bersangkutan dapat mencarinya dengan menggunakan kata kunci:
+profil +penduduk +manado
Yang dilakukan oleh mesin pencari jika menemukan format semacam ini adalah mencari berbagai sumber dokumen maupun artikel yang ada di seluruh internet dimana di dalamnya terdapat kata “profil”, “penduduk”, dan “manado”. Dari hasil pencarian melalui search engine Google terlihat bagaimana hasil pencarian terlihat lebih fokus menuju apa yang diinginkan. Cara mencari seperti ini tentu saja jauh lebih efektif dibandingkan dengan hanya menggunakan kata “manado” atau “profil” saja yang dapat menampilkan jutaan situs sebagai hasilnya. Simbol “+” ini dapat dipergunakan sebanyak-banyaknya, karena prinsip yang kerap dipergunakan dalam melakukan searching adalah bahwa semakin spesifik yang dicari (semakin banyak menggunakan tanda “+”) akan semakin baik, karena search engine akan lebih fokus melakukan pencarian.
2. Filterisasi dengan Simbol Matematika MINUS
Simbol lainnya yang sering dipergunakan mendampingi “+” adalah simbol minus (-). Untuk mudahnya, simbol tersebut dapat dibaca sebagai “kecuali”. Contoh penggunaannya adalah sebagai berikut. Misalnya seorang pelajar ingin mencari beasiswa untuk melanjutkan studi master di luar negeri, namun yang bersangkutan tidak mau pergi ke Singapur maupun Inggris; maka yang bersangkutan dapat melakukan pencarian dengan cara sebagai berikut:
+master +degree +scholarship +abroad –singapore–inggris
Dengan format di atas maka mesin pencari yang bersangkutan akan mencari di internet seluruh dokumen yang mengandung teks “master”, “degree”, “scholarship”, dan “abroad” namun tidak terdapat kata “Singapore” maupun “Inggris” di dalamnya.
3. Filterisasi dengan Simbol TANDA KUTIP
Satu simbol lagi yang kerap dipakai mendampingi plus dan minus adalah simbol multiplikasi yang direpresentasikan dengan tanda kutip (“). Simbol ini dapat membantu user untuk semakin memperkecil atau memfokuskan pencarian ke hal yang benar-benar diinginkan.Yang dilakukan oleh tanda kutip adalah memerintahkan mesin pencari untuk mencari dokumen atau informasi yang mengandung teks persis seperti yang ada di dalam tanda kutip terkait. Perhatikanlah contoh searching key sebagai berikut:
“sulawesi utara”
Berdasarkan perintah tersebut, mesin pencari akan mencari seluruh dokumen di internet yang mengandung frase “sulawesi utara”. Jika sebuah dokumen hanya mengandung kata “sulawesi” atau “utara” saja, maka dokumen tersebut tidak akan ditampilkan. Walaupun terlihat sederhana, tanda kutip ini sebenarnya sangat ampuh jika dipergunakan dengan benar. Contohnya adalah seorang instruktur yang ingin mengetahui definisi dari internet. Daripada menggunakan searching key:
+definisi +jaringan +komputer
yang akan menghasilkan cukup banyak temuan, maka yang bersangkutan lebih baik menggunakan simbol tanda kutip sebagai berikut:
“definisi jaringan komputer”
Tanda kutip ini sering kali membuat orang terkesima karena tanpa disangka biasanya hal-hal yang nampaknya teramat sangat spesifik ternyata dapat ditemukan di internet.
Kesimpulan:
Ketiga simbol matematika tersebut jika digabungkan akan menjadi sebuah alat pencari yang ampuh.