Sabtu, 23 Juni 2012

Sistem Pendidikan Tinggi

Sebagai seorang dosen yang telah diberi kewenangan untuk membimbing mahasiswa membuat skripsi, maka saya diberikan penugasan untuk mengikuri Workshop Bimbingan dan Konseling Dosen Pembimbing Skripsi. Kegiatan workshop ini diselenggarakan oleh LP3 Universitas Sam Ratulangi Manado. Kegiatan yang dilangsungkan selama 2 (dua) hari tersebut, memberikan banyak teori, arahan dan tips2 dalam melakukan pembimbingan skripsi mahasiswa.


Salah satu materi yang diterangkan dalam Workshop tersebut adalah tentang Sistem Pendidikan Tinggi Yang Menjamin Mutu. Materi ini dibawakan dengan menarik oleh Prof Dr Jeany Polii - Mandang, yang juga adalah Pembantu Rektor 1 Universitas Sam Ratulangi. Suasana workshop menjadi hangat dan penuh tawa, tatkala ibu Purek 1, menjelaskan banyak hal terkait sistem pendidikan tinggi dalam lingkungan Unsrat dengan sangat terbuka. Tanya jawab pun tak terelakkan, yang membuat suasana workshop menjadi sangat bermakna bagi setiap peserta.


Berikut adalah beberapa gambar yang ditunjukkan dalam workshop Sistem Pendidikan Tinggi Yang Menjamin Mutu


(gambar dibuat oleh @tigor)

Gambar diatas terkait dengan adanya tiga sistem utama dalam penyelenggaraan universitas: yakni sistem tata kelola, sistem akademik dan sistem tata pamong. Ketiga sistem ini yang saling-hubung dalam universitas. Dimana, bagian terutama ada pada Sistem Akademik. Kedua sistem lainnya, yakni sistem tata kelola dan sistem tata pamong, mendukung Sistem Akademik. Pada dasarnya Sistem Akademik menerima input dari masyarakat dan menghasilkan keluaran sarjana, yang akan kembali pada masyarakat.


Sedangkan sistem akademik itu sendiri, dapat dilihat pada Gambar dibawah ini secara terperinci:




(Gambar dibuat oleh @RealAldi)

Sistem akademik memiliki sub-sistem yang banyak dan rumit. Meskipun demikian, inti dari sistem akademik itu adalah Proses Pembelajaran. Inputnya adalah Mahasiswa Baru, dan Outputnya adalah Kelulusan (seorang Sarjana). Proses Pembelajaran "dipengaruhi" oleh Masyarakat Akademik, Kepemimpinan (pengelolaan) dan Penjaminan Mutu.

Kamis, 21 Juni 2012

IPv4 versus IPv6 (bagian 3)


Suatu implementasi penuh dari IPv6 meliputi implementasi dari header ekstensi berikut ini:
1. Hop-by-Hop Options
2. Routing (Type 0)
3. Fragment
4. Destination Options
5. Authentication
6. Encapsulating Security Payload

Bagian sebelumnya dari tulisan ini, dapat dibaca pada link ini:
(disarankan untuk membaca bagian sebelumnya dari tulisan ini)

Extension Header Order (Urutan Header Tambahan)
Ketika lebih dari satu extension header digunakan dalam paket yang sama, seharusnya header tersebut muncul sebagai berikut:
1. IPv6 header
2. Hop-by-Hop Options header
3. Destination Options header (note 1)
4. Routing header
5. Fragment header
6. Authentication header (note 2)
7. Encapsulating Security Payload header (note 2)
8. Destination Options header (note 3)
9. upper-layer header

Note 1 : Untuk opsi yang diproses dalam field Destination Address IPv6.
Note 2 : Rekomendasi tambahan yang berkaitan dengan urutan relatif  dari header Authentication dan Encapsulating Security Payload yang terdapat dalam RFC-2406
Note 3 : Untuk opsi yang diproses hanya oleh Destination terakhir dari paket.

Setiap extension header seharusnya terjadi hanya sekali, kecuali untuk header Destination Options yang seharusnya terjadi dua kali (sekali sebelum header Routing dan sekali sebelum header upper-layer).
Jika header upper-layer adalah header IPv6 yang lain (dalam hal ini adalah IPv6 yang disalurkan melalui atau dienkapsulasi dalam IPv6), ini mungkin diikuti oleh extension header-nya sendiri, yang merupakan subyek terpisah pada rekomendasi pengurutan yang sama.
Ketika extension header yang lain didefinisikan, batasan pengurutannya yang relatif pada header yang terdaftar diatasnya harus ditentukan.
Node-node IPv6  harus menerima dan mencoba untuk memproses extension header dalam urutan apapun dan membuat terjadi berapa kali pun dalam paket yang sama, kecuali untuk  header Hop-by-Hop Options yang tiba-tiba muncul tiba-tiba setelah header IPv6 saja. Meskipun demikian, sangat disarankan agar source dari paket IPv6 menempel diatas urutan yang direkomendasikan sampai dan kecuali kalau spesifikasi berikutnya merevisi rekomendasi tersebut.

Option
Dua dari extension header yang terdefinisi saat ini – header Hop-by-Hop Options dan header Destination Options – membawa variabel jumlah dari Type-length-value (TLV) yang meng-encode “Options”, dari format berikut ini:
   
Option Type 8-bit pengidentifikasi dari tipe opsi.
Opt Data Len 8-bit unsigned integer. Panjang field Option Data dari opsi ini, dalam oktet.
Option Data Field Variable-length. Data Option-Type-spesific.

Rangkaian opsi dalam suatu header  harus diproses secara cepat dalam urutan dimana opsi tersebut muncul dalam header tersebut; penerima tidak harus demikian, sebagai contoh, mendeteksi sepanjang header tersebut untuk mencari jenis opsi dasar dan proses opsi itu sebelum pemrosesan semua opsi sebelumnya.
Pengidentifikasi Option Type di-encode secara internal sedemikian hingga dua bit urutan tertinggi-nya menentukan aksi yang harus diambil jika pemrosesan node IPv6 tidak mengenali Option Type tersebut :

00 - Menghiraukan/meloncati opsi tersebut dan melanjutkan pemrosesan header.
01 - Membuang paket.
10 - Membuang paket dan, tanpa menghiraukan apakah Destination Address dari paket tersebut adalah Address multicast, mengirim suatu ICMP Parameter Problem, Code 2, memberitahu Source Address dari paket, menunjuk pada Option Type yang tidak dikenali.
11 - Membuang paket tersebut dan, hanya jika Destination Address dari paket bukan merupakan suatu alamat multicast, mengirim suatu ICMP Parameter Problem, Code 2, memberitahu Source Address dari paket, menunjuk pada Option Type yang tidak dikenali.

Bit urutan tertinggi ketiga dari Option Type menentukan apakah Option Data dari opsi tersebut dapat merubah route pada Destination terakhir dari paket. Ketika terdapat suatu header Authentication dalam paket tersebut, untuk opsi manapun yang memiliki data yang dapat mengubah en-route, keseluruhan field Option Data-nya harus perlakukan sebagai nilai nol oktet ketika menghitung atau memverifikasi nilai autentikasi dari paket.

0  - Option Data tidak merubah route
1  - Option Data dapat merubah route

Bit urutan tertinggi ketiga yang dijelaskan diatas diperlakukan sebagai bagian dari Option Type, bukan di luar Option Type. Karena itu, suatu opsi utama yang diidentifikasi oleh 8-bit penuh Option Type, tidak hanya 5-bit urutan terendah dari Option Type.
Penomoran Option Type yang sama digunakan baik untuk header Hop-by-Hop Option dan header Destination Options. Bagaimanapun juga, Spesifikasi suatu opsi utama dapat membatasi fungsinya  hanya pada satu dari dua header tersebut.
Opsi individual dapat memiliki syarat pensejajaran yang spesifik, untuk memastikan bahwa nilai multi-octet dalam field Option Data yang terletak pada batasan alami. Syarat pensejajaran dari suatu opsi ditentukan menggunakan notasi xn+y, berarti Option Type harus muncul pada suatu perkalian integer x oktet dari awal header, ditambah y oktet. Sebagai contoh :

2n Artinya offset 2-oktet manapun dari awal header.
8n+2 Artinya offset 8-oktet manapun dari awal header, plus 2-oktet
Ada dua padding Option yang digunakan jika perlu untuk mensejajarkan Option berikutnya dan untuk membagi header menjadi 8-oktet ganda. Padding Option ini harus dikenali oleh seluruh implementasi IPv6.
 
CATATAN! Format dari Pad1 Option adalah kasus khusus – tidak memiliki field length dan value.
Pad1 Option digunakan untuk menyisipkan satu oktet padding ke dalam area Option dari suatu header. Jika lebih dari satu oktet padding diharuskan, PadB Option, yang akan dijelaskan selanjutnya, seharusnya digunakan dibanding Pad1 Option ganda.
PadN Option digunakan untuk menyisipkan dua atau lebih oktet padding ke dalam area Option dari suatu header. Untuk N oktet padding, field Opt Data Len berisi nilai N-2, dan Option Data terdiri atas N-2 nilai nol oktet.

Hop-by-Hop Option Header (Header Pilihan Hop-by-Hop)
Header Hop-by-Hop Option digunakan untuk membawa informasi opsional yang harus dicek oleh setiap node sepanjang path pengiriman dari suatu paket. Header Hop-by-Hop Option dikenali dengan nilai 0 Next Header dalam header Ipv6, dan memiliki format sebagai berikut:

Format Header Hop-by-Hop
 


IPv4 versus IPv6 (bagian 2)

Teknik pengalamatan IPv6 secara resmi telah digunakan di seluruh dunia (8 Juni 2012). Namun masih banyak yang belum memahami tentag teknik pengalamatan IPv6 ini. Tulisan ini, berupaya untuk menjelaskan teknik pengalamatan IPv6 dalam bahasa yang mudah dipahami oleh para mahasiswa Informatika dan masyarakat awam.
Tulisan bagian pertama dapat dilihat disini.

IP versi 6 (IPv6) adalah protokol Internet versi baru yang didesain sebagai pengganti dari Internet protocol versi 4 (IPv4) yang didefinisikan dalam RFC 791.
(spesifikasi dasar IPv6 dikutip dari   S. Deering, R. Hinden, 1998, Internet Protocol, Version 6 (IPv6) Specification, Request for Comments 2460)

Perubahan dari IPv4 ke IPv6 pada dasarnya terjadi karena beberapa hal yang dikelompokkan dalam kategori berikut :
1. Kapasitas Perluasan Alamat
IPv6 meningkatkan ukuran dan jumlah alamat yang mampu didukung oleh IPv4 dari 32bit menjadi 128bit. Peningkatan kapasitas alamat ini digunakan untuk mendukung peningkatan hirarki atau kelompok pengalamatan, peningkatan jumlah atau kapasitas alamat yang dapat dialokasikan dan diberikan pada node dan mempermudah konfigurasi alamat pada node sehingga dapat dilakukan secara otomatis. Peningkatan skalabilitas juga dilakukan pada routing multicast dengan meningkatkan cakupan dan jumlah pada alamat multicast. IPv6 ini selain meningkatkan jumlah kapasitas alamat yang dapat dialokasikan pada node juga mengenalkan jenis atau tipe alamat baru, yaitu alamat anycast. Tipe alamat anycast ini didefinisikan dan digunakan untuk mengirimkan paket ke salah satu dari kumpulan node.
2. Penyederhanaan Format Header
Beberapa kolom pada header IPv4 telah dihilangkan atau dapat dibuat sebagai header pilihan. Hal ini digunakan untuk mengurangi biaya pemrosesan hal-hal yang umum pada penanganan paket IPv6 dan membatasi biaya bandwidth pada header IPv6. Dengan demikian, pemerosesan header pada paket IPv6 dapat dilakukan secara efisien.
3. Peningkatan dukungan untuk header pilihan dan header tambahan (Options and extention header)
Perubahan yang terjadi pada header-header IP yaitu dengan adanya pengkodean header Options (pilihan) pada IP dimasukkan agar lebih efisien dalam penerusan paket (packet forwarding), agar tidak terlalu ketat dalam pembatasan panjang header pilihan yang terdapat dalam paket IPv6 dan sangat fleksibel/dimungkinkan untuk mengenalkan header pilihan baru pada masa akan dating.
4. Kemampuan pelabelan aliran paket
Kemampuan atau fitur baru ditambahkan pada IPv6 ini adalah memungkinkan pelabelan paket atau pengklasifikasikan paket yang meminta penanganan khusus, seperti kualitas mutu layanan tertentu (QoS) atau real-time.
5. Autentifikasi dan kemampuan privasi
Kemampuan tambahan untuk mendukung autentifikasi, integritas data dan data penting juga dispesifikasikan dalam alamat IPv6.

Berikut adalah beberapa terminologi yang harus dipahami terkait teknik pengalamatan IPv6:
Node: Peralatan yang mengimplementasikan IPv6.
Router: Node yang melewatkan paket IPv6.
Host: Node lainnya yang tidak merupakan router.
Upper-layer
Layer protocol yang secara langsung berada di atas IPv6. Sebagai contoh adalah protokol transport seperti TCP dan UDP, protokol control seperti ICMP, protokol routing seperti OSPF dan Internet atau protokol level bawah ditunnel melalui IPv6 seperti IPX, Appletalk, dan IPv6 sendiri (IPX over IPv6, Appletalk over IPv6 dan IPv6 over IPv6).
Link
Fasilitas komunikasi atau medium, yaitu node dapat berkomunikasi pada layer link. Layer link ini yang secara langsung dibawah layer IPv6. Sebagai contoh dari link adalah Ethernet (secara sederhana maupun menggunakan bridge); link PPP; X.25, Frame Relay, atau jaringan ATM, dan layer Internet tunnel seperti tunnel melalui IPv4 atau IPv6 sendiri.
Neighbors
Node lain yang dihubungkan dalam link yang sama
Interface
Media penghubung dari node (berada pada node) ke jaringan.
Address
Identifikasi pada layer IPv6 untuk interface atau sekumpulan interface.
Packet
Header IPv6 dan payload-nya (isi).
Link MTU
Maximum transmission unit. Ukuran maksimum paket dalam ukuran byte yang dapat disampaika melalui link.
Path MTU
Link MTU yang paling kecil dari semua link dalam path node asal sampai node tujuan.
Berikut ini adalah tampilan karakteristik IPv4 dan IPv6

 IP version 4

IP version 6

Keterangan Gambar:
Version 4-bit nomor versi Internet Protocol = 6.
Traffic Class 8-bit field traffic class.
Flow Label 20-bit flow label
Payload Length 16-bit unsigned integer. Panjang dari payload IPv6, sebagai contoh, keseluruhan paket tersebut mengikuti header IPv6  ini, dalam oktet. (Perlu diperhatikan bahwa header ekstensi manapun yang ada merupakan bagian dari payload, termasuk dalam jumlah panjangnya)
Next Header 8-bit selector. Mengidentifikasi tipe header yang langsung mengikuti header IPv6. Menggunakan nilai yang sama seperti field protokol IPv4.
Hop Limit 8-bit unsigned integer. Dikurangi dengan 1 oleh setiap node yang meneruskan paket. 
Source Address 128-bit alamat asal dari paket.
Destination Address 128-bit alamat penerima yang dituju dari paket (bisa jadi bukan penerima terakhir, jika terdapat header routing)


Dalam IPv6, pilihan informasi internet-layer di-encode dalam header-header yang terpisah yang mungkin diletakkan diantara header IPv6 dan header setingkat diatasnya dalam suatu paket. Ada sejumlah kecil header ekstensi yang serupa, setiap header tersebut diidentifikasi oleh suatu nilai Next Header yang pasti (fix). 
Sebagai ilustrasi dalam gambar dibawah ini, suatu paket IPv6 mungkin membawa nol, satu, atau lebih header ekstensi, setiap paket tersebut diidentifikasi oleh field Next Header dari header yang mendahului:


Dengan satu pengecualian, header ekstensi tidak diuji atau diproses oleh node manapun sepanjang path pengiriman dari suatu paket, hingga paket mencapai node tersebut (atau setiap node dari sekelompok node, dalam hal multicast) yang diidentifikasi dalam field Destination Address dari header IPv6. Demultiplexing normal pada field Next Header dari header IPv6 membutuhkan modul tersebut untuk memproses header ekstensi awal, atau header setingkat diatasnya jika tidak terdapat header ekstensi. Isi dan maksud dari setiap header ekstensi menentukan perlu atau tidak untuk meneruskan ke header selanjutnya. 

Pengecualian di atas adalah header Hop-by-Hop Options, yang membawa informasi yang harus diuji dan diproses oleh setiap node sepanjang path pengiriman suatu paket, meliputi node sumber dan node tujuan. Saat terdapat header Hop-by-Hop Options, harus segera mengiktui paket header IPv6. Keberadaannya ditandai oleh nilai nol dalam field Next Header dari header IPv6.

Jika sesuai dengan hasil dari pemrosesan suatu header, suatu node diharuskan untuk meneruskan ke header selanjutnya tetapi nilai Next Header dalam header saat ini tidak dikenali oleh node, ini seharusnya membuang paket tersebut dan mengirim suatu pesan Parameter Problem ICMP ke sumber/alamat asal paket tersebut, dengan suatu nilai Kode ICMP 1 (“unrecognized Next Header Type encountered”) dan field Pointer ICMP berisi offset dari nilai yang tidak dikenali dalam paket yang asli/semula. Tindakan yang sama seharusnya diambil, jika suatu node mendapati suatu Next Header bernilai nol dalam header IPv6.

Suatu implementasi penuh dari IPv6 meliputi implementasi dari header ekstensi berikut ini:
1. Hop-by-Hop Options
2. Routing (Type 0)
3. Fragment
4. Destination Options
5. Authentication
6. Encapsulating Security Payload

Metode Pembimbingan Skripsi

Sebagai seorang dosen yang telah diberi kewenangan untuk membimbing mahasiswa membuat skripsi, maka saya diberikan penugasan untuk mengikuri Workshop Bimbingan dan Konseling Dosen Pembimbing Skripsi. Kegiatan workshop ini diselenggarakan oleh LP3 Universitas Sam Ratulangi Manado. Kegiatan yang dilangsungkan selama 2 (dua) hari tersebut, memberikan banyak teori, arahan dan tips2 dalam melakukan pembimbingan skripsi mahasiswa.

Salah satu pembicara dalam kegiatan workshop adalah Prof Dr Paulus Kindangen, Se., SU., MA yang memberikan materi tentang Metode Pembimbingan Skripsi. Materi yang dibawakan Mneer Profesor benar2 sangat aktual dan tepat sasaran, sehingga memanaskan suasana diskusi.

Berikut beberapa pernyataan Mner Profesor Kindangen dalam workshop:
1. Metode dan proses keilmuan suatu penelitian, sebagaimana yang dimulai oleh Galileo dan diformalkan oleh Bracely sekitara 300 tahun yang lalu, memiliki suatu metodologi dan pendekatan yang kompleks sehingga memerlukan pelatihan. Penelitian mahasiswa yang dilakukan tanpa pelatihan (pembimbingan) akan memboroskan waktu dan dana; penelitian demikian sangat mungkin didesain dan dilaksanakan secara tidak memadai dan karena itu, tidak layak dipublikasikan.
Menurut Mner Profesor Kindangen, dalam hal melaksanakan proses pembimbingan penelitian setingkat skripsi maka peran seorang dosen pembimbing itu sangat penting. Bila penelitian gagal dilaksanakan, maka kemungkinan besar disebabkan oleh: dosem pembimbing yang bodoh atau dosen pembimbing yang masa bodoh.

2. The hallmark or main distinguishing characteristic of scientific research (Sekaran, 2003) adalah sebagai berikut:

  • purposiveness
  • rigor
  • testability
  • replicability
  • precision and confidence
  • objectivity
  • generalizability
  • parsimony

Menurut hemat saya, tantangan yang ada dari seorang dosen pembimbing adalah dalam "menilai" kapasitas mahasiswa yang dibimbingnya. Menemukan spektrum yang tepat dalam penelitian setingkat skripsi, tentu saja menjadi tugas dari seorang dosen pembimbing. Apakah harus semua "hallmark" tersebut diatas HARUS dipenuhi oleh mahasiswa? ataukah hanya perlu beberapa saja dari hallmark tersebut diatas? Berhubung kedalaman pembahasan skripsi sangat terkait dengan karakteristik-karakteristik yang ingin dipenuhi.
Lesson learned yang saya dapatkan saat materi yang dibawakan Mner Prof Kindangen adalah PENTINGNYA melakukan persiapan saat akan melakukan pembimbingan skripsi. Persiapan yang dimaksudkan disini terutama adalah "menilai" kemampuan mahasiswa dan dosen pembimbing terkait bidang yang akan diteliti. Tentu saja, soft skills saling-terbuka adalah esensi keterbukaan ini.

Rabu, 20 Juni 2012

Research Paper Web-based Visual Aid


Analysis and Design Web-based e-Visual Aid Application Using PAUS
Stanley Karouw, ST., MTI - stanleykarouw@unsrat.ac.id
Informatics Engineering, Faculty of Engineering, Sam Ratulangi University


Abstract
The development of information and communication technology (ICT) further expanded. Web 2.0 as one TICK products provide the opportunity to the users to get information with more interactive and relatively easy to use. The application of e-based Web 2.0 Visual Aid is one solution for Sunday school teachers in teaching interactively by using internet technology. Pusilkom Unified methodology Agile Proces (PAUS) can result in the application of e-based Web 2.0 Visual Aid in a short time and in accordance with the needs and expectations of the users.

1.1 Introduction
Information and communication technology (ICT) is expanding ubiquitos. Web 2.0 as one of the products is increasingly known and used by wider communites, as tools to increase work efficiency. The Church as  an organization began to take advantage of Web 2.0 as one of the tools tfor enhancing efficiency of administration management and as a means of delivery and deployment of the Gospel.
The development of the use of the internet barely any censorship (or limitation) gives a negative impact if it is not managed properly. The internet makes church member, especially of children (under 12 years age group) become more freely ti gain access content and inappropriate content indeed (such as the content of a pornography, violence and disinformation faith or teachings).
The Church needs to make use of the internet and Web 2.0 technology for the benefit of the spread of the Gospel and the strengthening of the faith of the Church, especially the children. One of them by creating content that fostering understanding of the word and the teachings of the faith-related, including content that builds the faith and trust of the Church, especially the future generations, namely children.
The application of e-Web based Visual Aid can be used as a means of can promote Gospels and church teachings. Web-based Visual Aid have certain advantages, due to its relative ease of use, easy to access and interactive manner. In addition, by using Web 2.0 technology, the user can update all learning content continuously

1.2 Formulation of the Problem
The problem that want answered in this research are:
How to develop a web-based e-Visual Aid application which meet the expectations and needs of the user, in a relative short amount of time?

1.3 The Purpose of the Research
The goal of this research is to develop a web-based e-Visual Aid application, which can be used by the child's group for 7 – 12 years old.

1.4 Benefits Research
1. Having field experience for using methodology which based on agility characteristic and object oriented paradigm
2. Helping teachers to convey Biblical materials using modern technology, which is more interactive and exciting.
3. Introducing the Bible story combined with the technology of the internet to children age group 7 – 12 years old.

1.5 Research Scope
1.5.1 Scope
1.  Conduct literature study
2.  Identify user requirements and system. 
3.  Modeling design software.
4.  Do the programming and testing the application.
1.5.2 Limitation Problem
As for the limitations problem in this research are:
1. the application is still in the form of the resulting working prototype; the application model or feature – its main feature running.
2. the application does not give the right to privileged users.
3. the content of stories are animated images.

1.6 Software Development Methodology
The development of these application will follow PAUS ver 1.1 Methodology. PAUS is stands for Pusilkom Agile Unified Process version 1.1. PAUS methodology is a methodology developed by the Enterprise Computing Laboratory, Faculty of Computer Science, University of Indonesia. PAUS is a software development methodology (software), consists of a series of specific discipline with the division of tasks and responsibilities of the organizational components software developers. 
PAUS is a software development methodology which emphasizes on the agile characteristic and object-oriented paradigm. Agile characteristics emphasizes the involvement of users in any software development process. Object orientated paradigm emphasizes to component application developed.
PAUS methodology can help development teams to work more efficiently in generating quality software products, which meet the needs of users in a timely and appropriate budget.
(read more about the PAUS methodology may refer to the URL: http://ecl.cs.ui.ac.id/PAUS/index.htm  )



1.7 Writing Systematics
Systematics report writing consists of five chapters with the arrangement as follows: 
Chapter I Introduction
This chapter describes the background research, formulation issues, objectives and benefits of the research, the scope and limitations of the issue, a software development methodology.
Chapter II Research Methodology
This chapter describes the research design and research methodology
Chapter III Inception
Chapter III are divided into two parts namely the initiation of projects and project management.
Chapter IV Elaboration
Chapter IV describes the software requirements, i.e. the user requirements, the requirements of the system, the software model.
Chapter V Construction
Chapter V describes the physical architecture of the software; the design of data management, the design of interfaces and implementations of software environment. Describes the process of the codification and pengujuan software.
Chapter VI Transition
Chapter VI describes the deployment guide application and installation guide application.