Selasa, 17 April 2012

Review Buku What Would Google Do?

Awalnya, saya tahu buku ini, saat direkomendasikan Pak Riri Satria. Dia adalah salah Dosen yang mengajar Mata Kuliah Corporate Information System Management (CISM) di Kelas saya, MTI UI 2007 fa.
Karena ter"inspirasi" dari perkataan-perkataan beliau. Maka, setelah punya kesempatan untuk jalan-jalan di Gramedia TA, saya pun "mengobrak-abrik" section Buku Impor. Dan pucuk dicinta, ulam tiba, ternyata, TB tersebut masih punya buku tersebut. Buku tersebut langsung berpindah tangan, dengan beberapa buku-buku lainnya (seperti The Long Tail, Born Digital dan Wikinomics).
Saya langsung memilih untuk membaca buku WWGD? duluan. Ditemani segelas coffee of the day (ultima blend) Starbucks, Croissant Cheesse dan posisi "corner seat" (yang sofanya lumayan empuk).
And, my adventures ... begin:



Saya tidak mengenal sosok Jeff Jarvis awalnya, makanya langkah awal yang saya lakukan adalah menanyakan "om google" tentang Jeff Jarvis. Saya pun langsung diarahkan untuk mengakses webnya Jeff Jarvis di http://www.buzzmachine.com/. Dari situ, setelah mengetahui bahwa beliau adalah seorang Professor .... (wuihhh ..), saya pun menjadi semakin yakin untuk membaca buku ini.
Buku What Would Google Do? sangat "mengejutkan" saya. Ide, usul, saran dan perspektif yang dikemukakan oleh Prof Jeff Jarvis, benar-benar "mencuci otak" saya. Saya sangat setuju dengan perkataan beliau:
This book is more than Google and its own rules and about more than technology and business. Its about seeing the world as Google sees it, finding your own new worldview and seeing differently. In that sense, this isn't a book about Google. It's a book about you.

Dan, setelah membaca keseluruhan buku ini, saya langsung mengiyakan. Yes Jeff, you're right! This book is about me.

Jeff Jarvis membagi buku ini dalam dua bagian;
Bagian yang pertama menjelaskan tentang nilai-nilai (dipahami sebagai values), yang dipahami, ditunjukkan, dan diterapkan Google kepada dunia. Nilai-nilai ini mendasari "new way of thinking" yang dianut Google. New values menghasilkan new way of thinking. New way of thinking menciptakan New Rules, dan saat new rules itu dipraktekkan secara global, akan menghasilkan New Age. Berikut new rules yang dipaparkan Jeff Jarvis:
1. New Relationship.
Paparan yang menarik dari Jeff Jarvis, menurut saya adalah, disaat beliau mengajukan konsep Your customer is your best friend dan Your best customer is your partner.
2. New Architecture.
Tiga hal yang menarik perhatian saya, saat membaca bagian ini, yakni bagaimana Jeff Jarvis menyarakan mengenai pola kerjasama yang harus dimiliki oleh setiap kita yang terlibat dalam "digital era" ini yakni: (i) Join a network, (ii) Be a platform, (iii) Think Distributed
3. New Publicness.
Yang menarik perhatian saya adalah saat Jeff Jarvis mengutip ungkapan Sir Martin Sorrel of WWP tentang Google, yakni frenemy .
4. New Society.
Yang menarik dalam bagian ini, adalah saat Jeff Jarvis menceritakan pengalamannya menghadiri the World Economic forum International Media Council diselenggarakan di Kota Davos, Swiss. Saat Mark Zuckerberg (penemu Facebook), yang saat itu baru berumur 22 tahun, menjawab pertanyaan dari seorang pemimpin perusahaan surat kabar internasional. Kisah Mark Zuckenberg tersebut sangat "mengena" di hati saya.
5.New Economy.
small is the new big kata Jeff Jarvis dan the mass market is dead - long live the mass of niches. Hmm, long live the mass of niches. Nampaknya, buku-buku teks ekonomi tentang manajemen harus ditulis kembali, jika apa yang dikatakan Jeff Jarvis menjadi kenyataan yang global.
6. New Business Reality.
Sedikit "panas" telinga saya saat melihat Jeff Jarvis berujar: Middleman are doomed, Free is a business model. Wah, habis deh kerjaan aku sebagai konsultan. Biar bagaimanapun, tidak bisa dipungkiri, konsultan itu seorang "middleman" juga. Untunglah, ada saran-saran praktis yang diberikan Jeff Jarvis.
7. New Attitude.
Abundance breeds quality. Sangat dalam artinya dan sangat mengena "hati" saya.
8. New Ethic.
Jeff Jarvis mengatakan: Corrections do not diminish credibility. Corrections enhance credibility. Dalam hati saya menjawab: bung Jeff, mungkin buku ini harus dibaca oleh para pemimpin di negara saya, Indonesia. Saat seperti sekarang, dimana masing-masing pemimpin berlomba-lomba membanguna kredibilitas untuk memperebutkan "kursi panas" di Senayan dan Istana Merdeka.
Life is a beta. Tunjuk jempol buat bung Jeff, once again, you're right Jeff. Saya tambahkan kutipan dari CEO Google, Eric Schmidt: "Please fail very quickly - so that you can try again". Ingin tau apa maksudnya ??? Silahkan baca sendiri penjelasannya.
9.New Speed.
Google values permanence. Sekali lagi, saya setuju denganmu Jeff!
10. New Imperatives.
Bahasan mengenai Simplify, simplify masih terus "terdengar" saat saya menulis ulasan singkat ini.
Itulah beberapa rules yang dipaparkan Jeff Jarvis di bagian pertama buku WWGD?.

Bagian kedua, Jeff Jarvis mencoba memberikan suatu wawasan yang semakin meluas. Mengenai pengaruh dari "the new way of thinking" yang dimiliki oleh Google. Mulai dari pengaruh atas Media (cetak, elektronik, perfilman), dunia Advertising, industri Retail, eksploitasi Utilities (sumber daya listrik dan telekomunikasi), industri Manufaktur, industri Jasa (penerbangan dan real estate), dunia Finansial (kapital dan perbankan) hingga akhirnya menyentuh bidang Kesejahteraan Publik (rumah sakit dan asuransi), Institusi Publik (seperti pemerintah).
Yang menarik pada bagian kedua ini adalah, bagaimana Jeff Jarvis mengulas tentang "exceptions". Yakni tentang beberapa bidang, yang menurut Jeff Jarvis terdapat "pengecualian" dari pengaruh "Google way of thinking".
Akhirnya, buku ini ditutup dengan bab Generation G.
Ada kutipan yang sangat saya amini pada bagian ini yakni:
an age of transparency must be an age of forgiveness .

Terima Kasih Jeff Jarvis!
Saya setuju dengan Chris Anderson dalam memberi kesimpulan atas WWGD.
Google is not just a company, it is an entirely new way of thinking, Jarvis has done something really important: extend that approach to business and culture, revealing just how revolutionary it is"
Awalnya saya mengira buku ini adalah tentang Google dan segala tetek bengeknya.
Ternyata, TIDAK.
Buku ini TIDAK sama sekali tentang Google.
This book is about me, myself and I ....

Jumat, 13 April 2012

Workshop e - Journal Unsrat

Melelahkan .... dan membanggakan!

Hari ini, seharian penuh turut serta mengikuti Workshop e - Journal di Lantai 4 Kantor Pusat Univsrsitas Sam Ratulanngi Manado. Kegiatan ini dihadiri oleh semua utusan Program Studi masing-masing fakultas. Beberapa "petinggi" pun turut hadir. Termasuk Dekan Fakuktas Teknik, yang mengambil tempat duduk di barisan depan. Saya, bersama beberapa rekan dosen muda, memilih duduk di barisan paling belakang. Ruang Sidang Rektorat Unsrat tampak penuh dengan peserta workshop.

Rupanya kegiatan ini, di sponsori langsung oleh Pak Rektor. Beliau mendesak supaya sesegera mungkin mengimplementasikan aplikasi Pengelolaan Jurnal Digital oleh semua Prodi dalam lingkungan Unsrat. Ini merupakan arahan langsung dari Pak Mendikbud, terkait kurangnya publikasi jurnal ilmiah oleh universitas2 negeri di Indonesia (yang terbanyak adalah Institut Teknologi Bandung). Atas dasar itu, pak Rektor "mendesak" supaya segera dilakukan kegiatan pelatihan, bagi setiap pengelola jurnal digital, di setiap prodi.

Pusat Teknologi Informasi - PTI, sudah menyiapkan Aplikasi Pengelolaan Journal Digital, dengan mengambil disain template dari Open Jurnal System (disingkat OJS). OJS merupakan suatu aplikasi open-source yang menampung hampir seluruh proses bisnis terkait editing, reviewing dan displaying Jurnal Ilmiah. Selengkapnya tentang OJS disa diketahui disini: http://pkp.sfu.ca/?q=ojs

Dari sisi manajemen Teknologi Informasi maka langkah Unsrat menggunakan aplikasi OJS sudah tepat, apalagi "top management" telah "mendesak" agar segera dilakukan implementasi e-journal. Yang menjadi tantangan ke depan hanyalah "menyiapkan" para pengelola e-journal yang mau tidak mau harus "tunduk" pada "aturan bisnis" yang telah ada pada Aplikasi OJS. Penyesuaian diri dalam menggunakan setiap fitur2 dalam aplikasi OJS adalah tantangan yang akan dihadapi dalam "road map" implementasi OJS.

Dari sisi analyst - developer sistem informasi, tentu saja hal ini sangat disayangkan. Karena sebaik-baiknya suatu aplikasi, maka akan lebih baik apabila aplikasi itu dikembangkan sendiri (in house) oleh stakeholders organisasi. Karena relatif akan lebih menjamin, kesesuaian proses bisnis dalam aplikasi. Tapi, biar bagaimanapun, top management, lebih mementingkan faktor "time to market" aplikasi, sehingga OJS menjadi pilihan terbaik.

Dilema ini, adalah pros and cons dalam dunia analisis dan disain sistem informasi dan tata kelola Teknologi Informasi. Mempertimbangkan untuk mengambil keputusan pada suatu implementasi produk TI haruslah menjadi tugas dari top management Universitas Sam Ratulangi. Keputusan yang diambil harus mempertimbangkan banyak aspek.

Kita belum dapat "menilai" apakah keputusan menggunakan aplikasi OJS adalah "yang terbaik". Saya lebih cenderung ingin memberikan waktu. Mungkin dalam beberapa tahun kedepan, akan terlihat dengan sendirinya, apakah keputusan ini memang "tepat". Proses suatu aplikasi bisa memberikan manfaat terukur bagi kinerja organisasi, membutuhkan waktu, dan kadang-kadang membutuhkan waktu yang cukup lama.

Semoga Unsrat makin maju, menuju Excellent University!

catatan:
selengkapnya tentang e-Journal Unsrat, bisa diakse disini: http://ejournal.unsrat.ac.id/
selengkapnya tentang Aplikasi Repositori Unsrat, bisa diakses disini: http://repo.unsrat.ac.id/

Rabu, 11 April 2012

Riset tentang Analisa, Pemodelan dan Perancangan Aplikasi


Analisa dan Perancangan Sistem dengan menggunakan pendekatan berorientasi obyek merupakan salah satu bidang riset yang saya tekuni.
Fokus penelitian adalah dalam pemilihan metodologi pengembangan aplikasi/sistem informasi dan proses pemodelan aplikasi/sistem informasi dengan menggunakan UML ver 2.0.
Berikut adalah beberapa riset saya terkait dengan Analisis, Pemodelan dan Perancangan Aplikasi dan Sistem Informasi ...
1. Studi Tinjauan Perbandingan KIPI dan CMMI sebagai Framework Standar Kematangan Pengembangan Industri Perangkat Lunak
Abstrak — Model kematangan kemampuan atau Capability Maturity Model adalah salah satu pemicu pengembangan industri telematika, dalam hal standarisasi kemampuan pengembang perangkat lunak. KIPI merupakan suatu standar model kematangan kemampuan yang berlaku di Indonesia. KIPI diserap dari CMMI atau Capability Maturity Model Integration yang dikeluarkan oleh Software Engineering Institute SEI, dengan penyesuaian tertentu, menurut karakteristik industri telematika dalam negeri. Studi tinjauan perbandingan KIPI dan CMMI sebagai framework standar kematangan pengembangan industri perangkat lunak, memaparkan beberapa perbandingang langsung antara CMMI dan KIPI. Perbandingan KIPI dan CMMI merupakan hal penting untuk memahami keterkaitan setiap area kunci proses dalam setiap tahap kematangan dari masing-masing standar ukuran tersebut. Dengan memahami masing-masing area kunci proses, maka implementasi KIPI akan merupakan salah satu faktor penentu tumbuhkembangnya pengembang perangkat lunak dalam negeri menuju terwujudnya visi bangun industri telematika 2020.
Kata Kunci : Model Kematangan Kemampuan, Rekayasa Perangkat Lunak, Model Proses, Area Kunci Proses, CMMI, KIPI
(sudah diterbitkan di TEKNO Volume 09/No.57/Desember 2011; ISSN: 0215 - 9617)

2. Analisa dan Perancangan Aplikasi Dormitory Management berbasis Web dengan Menggunakan Metode USDP
Abstrak - Aplikasi Dormitory Management berbasis Web adalah solusi efisien untuk mengoptimalkan proses bisnis pengelolaan Rumah Sewa. Pelanggan dapat dengan mudah mendapatkan informasi terkini tentang layanan yang diberikan secara real-time. Owner dapat melakukan kontrol pengawasan secara online. Sehingga diharapkan dapat meningkatkan pendapatan secara signifikan. Metode Unified Software Development Process (USDP) merupakan metode pengembangan perangkat lunak yang use-case driven dan increment-iterative, dengan perangkat UML ver 2.0 untuk keperluan pemodelan. USDP dapat digunakan untuk mengembangkan perangkat lunak yang dibangun dengan paradigma berorientasi obyek dengan melibatkan semua stakeholders secara aktif. Karakteristik metode USDP yang use-case driven, increment-iterative ini dapat memfokuskan pengembangan perangkat lunak pada fungsionalitas aplikasi, sehingga dapat mendukung optimalisasi proses bisnis dan mempersingkat waktu pengembangan aplikasi.
Kata kunci: Perangkat Lunak, Metode USDP, Orientasi Obyek, UML 2.0
(sudah diterbitkan di TEKNO Volume 09/No.57/Desember 2011; ISSN: 0215 - 9617)

3. Analisa dan Perancangan Sistem Informasi Perencanaan dan Evaluasi Pembangunan Daerah (RAKOREV) di Bappeda Kota Manado
Abstrak - Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) merupakan salah satu instansi strategis dalam mengevaluasi dan mengawasi pembangunan daerah. Penggunaan Teknologi Informasi (TI) merupakan suatu hal yang perlu dilakukan guna menunjang proses bisnis instansi tersebut. Sistem Informasi Perencanaan dan Evaluasi Pembangunan Daerah (Sisfo Rakorev) merupakan solusi dari beberapa permasalahan terkait proses bisnis evaluasi dan pengawasan yang rutin dilakukan di BAPPEDA. Pendekatan Rapid Application Development (RAD) dan Web Engineering (WebE) dapat digunakan untuk mengembangkan sistem informasi yang berbasis web, guna meningkatkan efisiensi proses bisnis BAPPEDA.
Kata kunci: Sistem Informasi, Aplikasi, Web, Rakorev, RAD, WebE, UML 2.0


4. Analisa dan Perancangan Sistem Informasi Geografis (SIG) Kota Manado
Abstrak - Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) merupakan salah satu instansi strategis dalam mengevaluasi dan mengawasi pembangunan daerah. Penggunaan Teknologi Informasi (TI) merupakan suatu hal yang perlu dilakukan guna menunjang proses bisnis instansi tersebut. Sistem Informasi Geografis (SIG) Kota Manado merupakan solusi dari beberapa permasalahan terkait proses bisnis perencanaan dan evaluasi pembangunan yang rutin dilakukan di BAPPEDA. Pendekatan metodologi Waterfall dapat digunakan untuk mengembangkan sistem informasi geografis dengan pendekatan berorietasi obyek pada persyaratan pengguna yang ketat dan membutuhkan dokumentasi yang lengkap.
Kata Kunci: Sistem Informasi Geografis, Waterfall, UML 2.0


5. Analisa dan Perancangan Sistem Informasi Procurement dan  Monitoring: Studi Kasus Pertamina Geothermal Kota Tomohon
Abstrak - PT Pertamina Geothermal merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang mengelola geothermal. Proses bisnis pengadaan barang dan monitoring merupakan salah satu proses pendukung yang harus dilakukan secara rutin. Sistem Informasi Procurement dan Monitoring merupakan solusi untuk efisiensi dan efektivitas proses bisnis pengadaan barang dalam lingkungan internal Pertamina Geothermal. Metodologi Unified Software Development Process dapat digunakan untuk pengembangkan sistem informasi yang berorientasi obyek dan dalam waktu yang singkat.
Kata Kunci: Sistem Informasi, Procurement, Monitoring, USDP, UML 2.0


6. Analisa dan Perancangan Portal Web Amazing North Sulawesi dengan Metode Agile Unified Process (AUP)
Abstrak - Promosi pariwisata unggulan merupakan salah satu proses bisnis utama yang dilakukan Kantor Staf Ahli Gubernur Bidang Investasi Provinsi Sulawesi Utara. Menggunakan teknologi Web 2.0 merupakan salah satu strategi efektif dalam melakukan promosi pariwisata unggulan provinsi Sulawesi Utara. Metodologi Agile Unified Process (AUP) merupakan salah satu metode pengembangan sistem informasi/aplikasi yang ringkas dan komprehensif, menekankan peran pengguna (user-oriented) dengan paradigm pengembangan berorientasi obyek (object-oriented). Portal Web yang dikembangkan dengan metodologi AUP menghasilkan aplikasi yang memenuhi harapan dan kebutuhan pengguna (user expectation and needs) dalam waktu yang relatif singkat.
Kata kunci: Sistem Informasi, Aplikasi, Portal Web, Web 2.0, Metode AUP, UML 2.0


7. Analisa dan Perancangan Portal Web Manadokota dengan Metode Agile Unified Process (AUP)
Abstrak - Perkembangan akun twitter @manadokota menjadi semakin pesat selama dua tahun terakhir. Kebutuhan untuk mengembangkan sebuah official website bagi akun @manadokota dirasakan semakin mendesak untuk dilakukan. Bagaimana mengembangkan suatu portal web yang dapat menunjang akun twitter @manadokota? Bagaimana mengembangkan portal web @manadokota dalam waktu yang relatif singkat? Bagaimana mengembangkan portal web @manadokota yang memiliki karakteristik reuseable, component-based dan continuous improvement? Dengan metodologi Agile Unified Process, pengembangan official website @manadokota dilakukan secara cepat, ringkas dan sesuai dengan kebutuhan dan harapan user.
Kata kunci: Aplikasi, Portal Web, Web 2.0, AUP, UML 2.0


8. Analisa dan Perancangan Aplikasi Portal Web Kantor Sinode GMIM
Abstrak - Teknologi Informasi (TI) adalah alat yang dapat membantu manusia untuk mencapai tujuannya. TI dapat digunakan untuk menangkap dan menyebarkan informasi dengan cepat dan akurat. Selain itu, TI dapat meningkatkan efisiensi organisasi. Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM) merupakan salah satu gereja dengan wilayah pelayanan yang tersebar luas di provinsi Sulawesi Utara. Seperti halnya gereja-gereja lain,GMIM mulai menggunakan TI dalam membantu kegiatan-kegiatannya khususnya di bidang sekretariat. Secara resmi GMIM, sudah memiliki situs web, namun sangat disayangkan situs web tersebut tidak diperbaharukan secara rutin. GMIM memiliki berbagai macam kegiatan yang tentu saja perlu ditunjang oleh dukungan pekerja dan jemaat. Namun terdapat masalah dimana tidak semua pekerja dan jemaat mengetahui informasi terbaru yang terkait dengan kegiatan gereja. GMIM juga mengalami kendala dalam melakukan komunikasi baik antar sesama jemaat, sesama pekerja, maupun antar jemaat dan pekerja. Metodologi Rapid Application Development (RAD) dan WebEngineering (WebE) dapat dikombinasikan untuk mengembangkan website resmi GMIM. Metodologi ini relatif lebih cepat menyelesaikan pengembangan aplikasi dan memiliki laporan dokumentasi yang lengkap.
Kata kunci: Aplikasi, Web 2.0, RAD, WebE, UML 2.0

Selasa, 10 April 2012

Riset saya tentang Tata Kelola TI dan Investasi TI


Sebagai seorang dosen saya melakukan riset terkait dengan Pemanfaatan Teknologi Informasi. Fokus penelitian adalah dalam mengukur manfaat bisnis Teknologi Informasi pada lingkup organisasi non profit, yakni Pemerintah Daerah.

Beberapa riset saya tersebut diantaranya adalah:
1.Perencanaan Strategis SI/TI berbasis Manfaat Bisnis dengan menggunakan Metodologi Be Vissta Planning; Studi Kasus: Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Utara
Abstrak — Salah satu faktor penting dalam mendukung akselerasi pembangunan daerah adalah dengan mengoptimalkan pemanfaatan Sistem Informasi/Teknologi Informasi (SI/TI). Untuk mengoptimalkan pemanfaatan SI/TI tersebut, Pemerintah Daerah (Pemda) harus memiliki perencanaan strategis (renstra) mengenai penggunaan aplikasi dan infrastruktur SI/TI terkait. Renstra SI/TI akan menjadi pedoman bagi Pemda dalam merencanakan dan mengimplementasikan prioritas investasi SI/TI berbasis manfaat bisnis. Metodologi Be Vissta Planning (BVP) yang dikembangkan Ranti dan Wahyu Harris dapat digunakan untuk mengembangkan suatu perencanaan strategis SI/TI berbasis manfaat bisnis. Hasil renstra merupakan suatu usulan potensi strategi SI/TI yang berbasis manfaat bisnis SI/TI.
Kata Kunci: SI/TI, Perencanaan Strategis, Manfaat bisnis, Be Vissta Planning, BVP


2. Identifikasi Manfaat Bisnis TI pada Pemerintah Daerah dengan menggunakan Metode Ranti’s Generic IS/IT Business Value; Studi Kasus: Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara
Abstrak — Pemerintah provinsi Sulawesi Utara berupaya untuk memacu pembangunan daerah menuju masyarakat yang berbudaya, berdaya saing dan sejahtera. Salah satu faktor penting dalam mendukung akselerasi pembangunan daerah adalah dengan mengoptimalkan pemanfaatan Sistem Informasi/Teknologi Informasi (SI/TI). Untuk mengoptimalkan pemanfaatan SI/TI tersebut, Pemerintah Daerah (Pemda) telah memiliki suatu perencanaan strategis (renstra) SI/TI sebagai pedoman investasi SI/TI berbasis manfaat bisnis. Implementasi investasi SI/TI yang dilakukan Pemda dapat dijustifikasi apabila manfaat bisnis dari implementasi SI/TI tersebut dapat diidentifikasi dengan jelas. Metode Ranti’s IS/IT Generic Business Value dapat digunakan untuk mengidentifikasi dan mengklasifikasi manfaat bisnis generik SI/TI dari setiap implementasi investasi SI/TI yang dilakukan Pemda.
Kata Kunci: TI, Investasi SI/TI, Manfaat bisnis generik, Pemda, Dipenda.

3. Analisis Kuantifikasi Manfaat Bisnis SI/TI pada Pemerintah Daerah dengan menggunakan Metode IT Valuation Matrix; Studi Kasus: Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara
Abstrak — Masyarakat yang berbudaya, berdaya saing dan sejahtera merupakan tujuan pembangunan Pemerintah provinsi Sulawesi Utara. Teknologi Informasi (TI) merupakan salah satu faktor pemungkin (key enabler) akselerasi pembangunan daerah. Pemerintah Daerah (Pemda) provinsi Sulawesi Utara telah memiliki rencana strategis (renstra) SI/TI sebagai pedoman investasi TI berbasis manfaat bisnis. Implementasi investasi TI yang dilakukan Pemda dapat dijustifikasi apabila manfaat bisnis dari implementasi TI tersebut dapat dikuantifikasi dengan jelas. Metode IT Valuation Matrix dapat digunakan untuk mengkuantifikasi manfaat bisnis TI dari setiap investasi TI yang dilakukan Pemda.
Kata Kunci: SI/TI, Investasi SI/TI, Manfaat bisnis generik, Pemda.

Catatan:
Publikasi online Karya Ilmiah ini masih menunggu konsiderasi pihak Universitas Sam Ratulangi Manado

Hukum Koomey tentang Computing

Tepatnya, kemaren malam, via twitter Prof @erikbryn, saya mengetahui tentang dipublikasikannya penelitian dari @jgkoomey mengenai:
Computing isn't just getting cheaper. It's becoming more energy efficient

Berikut adalah hasil penelitian dari @jgkoomey:




Hasil penelitian menunjukkan bahwa sejak era computer ENIAC/EDVAC di tahun 1940-an hingga era komputer di 2010, maka terdapat hubungan yang linier antara waktu dan komputasi per kWh. Grafik ini menunjukkan trend yang menyatakan bahwa komputasi semakin murah per kWh.

Sudah diterima oleh setiap mereka yang menekuni dunia teknologi informasi mengenai Hukum Moore, yakni:
Moore's law is a rule of thumb in the history of computing hardware whereby the number of transistors that can be placed inexpensively on an integrated circuit doubles approximately every two years
Ilustrasi Hukum Moore:

Hukum Moore menjelaskan banyak hal mengenai keterhubungan antara kecepatan prosessor dan daya tampung memori. Dan sekarang Hukum Koomey akan menemani Hukum Moore dalam khasanah dunia Teknologi Informasi.

Hasil penelitian @jgkoomey akan mempengaruhi penelitian-penelitian lain dalam area Teknologi Informasi, misalnya dalam area penelitian saya: IT Valuation. Seperti yang dilakukan oleh Prof @erikbryn disini

Investasi Teknologi Informasi akan dapat menemukan salah satu item quantifikasi manfaat bisnis TI. Hal ini tentu saja merupakan berita yang cukup menggembirakan.

Selengkapnya tentang Hukum Koomey bisa dibaca disini ....