Akun Twitter @manadokota, Amoy Show dan @stanlysk
(tulisan ini sudah pernah diterbitkan sebagai Notes Facebook, namun diterbitkan kembali dengan perubahan seperlunya, dalam rangka memperingati hari Ulang Tahun @manadokota yang ke-2, 25 Maret 2012)
[Petunjuk untuk
membaca tulisan ini: @stanlysk dibaca sebagai saya]
Pengantar
Tulisan:
@manadokota: Ka, bsk siang kt diundang di
amoy show pacific tv ttg @manadokota boleh dg kk sbg panelis pakar IT? :)
@stanlysk:
o ya? jam brpa? besok kita ngajar sampe siang ... selesai ngajar baru
bisa ... :D
@manadokota: jam 1 ka mulai take
syuting, plis ka hehehe,.. ngajar sampe jam brp? kk bw kendaraan? ato
nanti kt jemput *babuju*
Demikianlah,
hingga pada akhirnya, Kamis, 27 Januari 2011, pukul 13.30, @stanlysk
datang ke Pacific TV, di wilayah seputaran daerah Winangun (Jl.
Anugerah). @stanlysk sedikit terlambat datang ke studio; selain
disebabkan karena cuaca Kota Manado yang “malo-malo mau” mo hujan deras,
juga karena jarak tempuh @stanlysk menuju ke Studio Pacific TV yang
lumayan jauh (hari itu @stanlysk harus menunaikan tugas mengajar
para mahasiswa Informatika – Unika De La Salle, di seputaran negeri Wonasa).
Menarik
dicermati, karena @stanlysk berkomunikasi dengan @manadokota; tidak
lagi menggunakan “sarana” komunikasi “normal”. Selama ini (sebelum hari
Kamis, 27012011), @stanlysk TIDAK PERNAH bertemu muka-dengan-muka
dengan makhluk ciptaan Tuhan yang menyebut dirinya @manadokota (kita
sebut saja dia, admin @manadokota). Ternyata, orang-dunia-nyata
dari Admin @manadokota ini memiliki pribadi yang sangat attraktif,
visioner dan pragmatis.
Nah, admin @manadokota
ini, @stanlysk kenal secara akrab (atau “merasa sangat kenal”?) dari
kicau twitter-an nya yang sangat informatif. Iya, sangat informatif, apalagi
berkenaan dengan informasi yang terkait day-to-day kehidupan twitterati
(baca: warga negara twitter) yang hidup di “dusun” Kota Manado. Sebut
saja salah satu contoh, misalnya pada hari minggu, 23 Januari 2011, admin @manadokota men-twit sebuah seruan #moral untuk semua
followers-nya (baca: semua yang “bisa” melihat “kicau”-an) untuk
melakukan #doa buat Kota Manado pada pukul 12.00 waktu Manado. Nah,
respons yang sangat “sibuk” mulai terlihat melalui “REPLY” (fasilitas
twitter untuk “membalas” sahutan twitter yang lain), "QUOTE" (fitur twitter untuk menampilkan kembali isi twitter dengan perubahan seperlunya) ataupun "RT"
(fasilitas twitter untuk “menampilkan-ulang sahutan twitter yang lain)
akan kicauan admin @manadokota. Hmm, bukankah ini hal yang biasa
terjadi? Iya, peristiwa ‘sahut-menyahut’ (melalui RT, QUOTE dan REPLY) kicauan
twitter seseorang memang hal yang biasa terjadi. Namun, mari kita lihat
konteks-nya. Followers akun @manadokota sekitar 9000-an orang (sekarang, menjelang hut yang kedua, followers @manadokota sudah berjumlah lebih dari 40.000 followers).
Wow, ini merupakan akun twitter yang “fantastis” jika diperbandingkan
dengan jumlah “warga” kota Manado yang menggunakan akun twitter. Tambahan lagi,
dalam “kasus” ajakan #moral dari admin @manadokota ini, yang turut
me-RT dan me-REPLY seruan moralnya itu sekitar 6000-an akun pada garis-waktu
(terjemahan “timeline” dari twitter; yang menunjukkan “sejarah”
postingan dari akun twitter seseorang). Alhasil, kita dapat berasumsi
bahwa ada sekitar 6000-an orang Manado yang mengetahui dan (kemungkinan
besar) melakukan anjuran admin @manadokota untuk melakukan doa buat
Kota Manado tercinta. Gila cing … ini merupakan suatu kebangkitan
“gerakan” yang ruarrrr biasaaa. Hanya dalam beberapa jam (sekitar 2-3
jam saja); maka admin @manadokota TELAH berhasil menghimpun
“kekuatan” dan menggerakkan “kekuatan” tersebut untuk melakukan suatu
kegerakan #moral. @stanlysk langsung bertanya-tanya dalam hati;
dengan tidak bermaksud menyinggung kelompok religius tertentu … Apakah
ada dari antara mereka yang mengaku hamba Tuhan (sebut saja Pdt,
penginjil, Gembala, etc) yang saking kuatnya “charisma” mereka, dapat
“mengumpulkan”, dapat “menggerakkan”, dapat “melibatkan” ribuan orang
untuk berpartisipasi dalam suatu gerakan #moral? Oooopss, mohon maaf;
karena tulisan ini hanya sekedar memberi contoh-belaka, dan SUDAH PASTI
tidak dimaksudkan untuk menyinggung pihak-pihak tertentu. @stanleydavid
hanya mencoba untuk “menggambarkan” betapa kuatnya “pengaruh” dari
seorang admin @manadokota; hanya dengan “satu kali” berkicau
melalui akun Twitter-nya.
Dan rupa-rupanya, karena
“peristiwa” seperti diataslah (dan banyak “peristiwa” lain yang sejenis)
yang membuat @brendachuy (sekarang sudah berganti nama akun menjadi @brendot) dari Pacific TV melihat ini sebagai suatu
“fenomena” yang perlu diangkat oleh media televisi. O iya, akun
@brendachuy ini dimiliki oleh seorang pekarya di studi Pacific
(selengkapnya tentang @brendachuy, tentu saja dapat diketahui dengan
meng-follow akun @brendachuy; karena saya lihat, akun @brendachuy juga
“sangat aktif” time-line twitternya). Singkat cerita, @brendachuy
mengundang admin @manadokota untuk “datang” ke Paficic TV, sambil
berpesan bahwa admin @manadokota harus membawa sedikit diantara
para “followers” komunitas @manadokota.
Akhirnya, di
hari kamis, 27 Januari 2011, pukul 13.00; kami semua dapat kop-dar
(baca: kopi darat, berarti pertemuan di dunia nyata atau tatap-muka
diantara para pegiat dunia-maya). Bung Admin @manadokota mengajak para
followers @manadokota dari berbagai “kalangan” (sekali lagi, ini
merupakan “kejelian” dari Bung Admin @manadokota yang pantas diacungi
jempol). Ada
@stanlysk (yang “dianggap” mewakili
kalangan akademisi, praktisi dan professional TI),
@brendachuy
(dari Pacific TV),
@glenglenry (mahasiswa Fakultas MIPA Universitas Sam Ratulangi, pengguna
Twitter),
@achawatania (mahasiswa Fakultas Kedokteran - Universitas Sam Ratulangi, pengguna Twitter
juga adalah Noni Manado 2010),
@trivenaa (siswa,
pengguna Twitter, bermukim di Tondano),
@victorrahmadian
(PNS Kota Manado, pengguna Twitter),
@adamjo
(mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi - Universitas Sam Ratulangi, pengguna Twitter); kami semua dipimpin oleh bung admin
@manadokota
sendiri, yakni
@piet_pusung tentunya ... *wink*wink.
Sebelum
“tapping” (istilah para kru-TV untuk mengambil rekaman video) dimulai,
kami kemudian melakukan pembicaraan “serius” mengenai beberapa tips
praktis dalam mendaya-gunakan Twitter. Tidak banyak yang bisa di-sharing
disini mengenai aktivitas kami selama “tapping” untuk Amoy SHOW
selengkapnya bisa dilihat sendiri di Acara Amoy SHOW, setiap Hari Rabu,
pukul 8 malam di Paficic TV Manado. Sepertinya acara kop-dar kami para
anggota komunitas @manadokota hanya punya menu pembuka, menu utama dan
menu penutup yang sama dari awal hingga akhir, yakni menu makanan
#ngakak, #ROTFL, #LOL.
Pertemuan ini diakhiri dengan
kop-dar lanjut di Pizza Hut – Manado TownSquare. Setelah bincang-bincang
dalam suasana penuh keakraban, kami semua setuju untuk membawa
komunitas @manadokota untuk melangkah lebih jauh dengan melakukan
kegiatan bakti sosial, pelatihan, dan lain-lain sebagainya.
@stanlysk
sangat terkesan dengan fenomena seperti ini. Jika dipikirkan lebih
jauh, fenomena “socially-engaged” (keterlibatan-sosial) mulai marak
terjadi di dunia-maya, seiring munculnya media-media yang memungkinkan
terjadinya “keterlibatan-sosial” seperti ini. Sebut saja, Friendster,
MySpace, Facebook dan yang terakhir muncul adalah Twitter. Semua
media-sosial yang disebutkan tadi, bisa dilahirkan di dunia-nyata karena
“dikandungi” oleh teknologi Web 2.0 (pahamilah Web 2.0 sebagai
“kelanjutan” dari Web 1.0). Jika kita ingin memahami apa itu Web 2.0
maka kita harus melihat definisi dari O’Reilley (lihat disini:
http://oreilly.com/ ) sebagai Sang Pencetus Web 2.0 pertama kalinya.
Secara praktis, kita bisa memahami bahwa dalam Web 2.0, kita – sebagai
pengguna – bukan hanya sekedar “membaca” informasi yang ada, namun juga
dapat turut “menulis” dan/atau “menulis-ulang” informasi yang kit abaca
tersebut. Ditambah dengan kehadiran teknologi mobile-internet, maka
kegiatan “membaca’, “menulis” ataupun “menulis-ulang” ini dapat
dilakukan dengan menggunakan “SmartPhone”, “BB”, “iPhone”.
Tak
dapat dipungkiri, ini merupakan “fenomena” sosial yang semakin nyata
dirasakan akibat-akibatnya. Untuk itu, para “pegiat” social-media
seperti @stanlysk, @manadokota, dll harus memiliki suatu paradigma
dan perilaku yang “baru”. Intinya adalah melakukan PERUBAHAN. Dan
“perubahan” ini harus terjadi dalam tataran “paradigma” atau “cara
memandang”, “cara berpikir” kita dalam ber-socially-engaged.
Mari
kita lihat ulasan dari Soren Gordhamer (@SorenG) mengenai beberapa
aspek perubahan “social-engaged”:
1)
Paradigma Lama: “Force people to do what you want”; Paradigma Baru:
“Give people what you want them to offer”.
Pelaku
socially-engaged dalam dunia-digital harus memiliki paradigm “memberikan
kepada orang lain apa yang kau inginkan mereka berikan”. Atau dalam
paraphrase lain, “memberi” terlebih dahulu untuk kemudian “menerima”,
apa yang ingin kita terima. Singkatnya, “memberi” sebelum “menerima”.
(menurut pendapat @stanlysk).
Perubahan paradigm ini
benar-benar revolusioner. Meskipun jika kita mencoba untuk memaknai
lebih mendalam, hal ini bukanlah “baru” hasil temuan manusia abad
informasi-digital. Para filsul Yunani dan China sudah pernah merumuskan
perubahan paradigma ini dalam “bahasa” filosofis yang sedikit berbeda,
namun memiliki makna yang sama.
2) Paradigma
Lama: “Just put your body in the room”; Paradigma Baru: “Show up with a
crative, open mindset”.
Keterlibatan-sosial dalam
era informasi digital harus mengubah gaya berpikir secara fundamental.
Jika sebelumnya, pergaulan komunitas kita telah terbiasa untuk
berkomunikasi dengan bahasa-rata (maksudnya biasa-biasa saja); sekarang
ini , kita harus berkomunikasi dengan memberikan “makna” baru yang
kreatif, dengan pikiran yang terbuka.
Perubaha paradigma seperti
ini, cukup sulit dilakukan. Apalagi, kita telah terbiasa dididik dan
hidup dalam lingkungan yang bergaya “kolonialis”. Kita telah
dikondisikan bertahun-tahun untuk menjadi masyarakat “YES” (baca: diam
dan patuh saja), masyarakat “ABS” (baca: Asal Bapak Senang) dan
masyarakat “APA JO NGANA SUKAAAAA” (baca: pasrah, cuek dan apatis).
Memasuki
era informasi-digital dengan media facebook. Twitter, dsb untuk
berkomunikasi, maka perubahan “socially-engaged” harus terjadi. Hal ini
tidak bisa terhindarkan.
3) Paradigma Lama:
“Work to get a paycheck”; Paradigma Baru: “Make your work about
something bigger”.
Paradigma ini sebenarnya dapat
ditulis dengan satu kata saja: “antusias”. Jika di waktu-waktu
sebelumnya kita bekerja dan berkarya hanya untuk mendapatkan
tujuan-tujuan yang materialis-konsumtif, maka di era informasi digital
sekarang ini, ‘socially-engaged’ kita haruslah “antusias” untuk bekerja
dan berkarya dengan tujuan yang lebih besar, lebih tinggi dan lebih
bermakna.
Mengikuti kesimpulan dari penulis diatas maka
dalam paradigma lama, socially-engaged menekankan pada individualistic
dan berfokus pada penonjolan pribadi, maka dalam paradigma baru, yang
harus terjadi adalah bukan saja menekankan kemampuan pribadi, namun juga
kemampuan “bekerja-bersama”. Tentu saja, kita tidak bisa sekedar
mengabaikan seorang pribadi dengan kemampuan “super”. Namun alangkah
baiknya jika kita, “bekerja-bersama” dengan banyak “pribadi super”.
Dengan paradigm seperti ini, kita dapat “memaksa” terjadinya berbagai
inovasi dan proses kreatif.
Amoy SHOW telah berhasil
memprovokasi “socially-engaged” yang baru ini; dengan menghadirkan topic
bahasan komunitas @manadokota yang sangat modern dalam
ber-“socially-engaged”. Provokasi ini harus diikuti oleh semua komunitas
lainnya dan terus dihidupkan dalam setiap lapisan masyarakat kota.
@stanlysk sangat menghargai upaya dari Pacific TV (dalam hal ini
@brendachuy). Usaha ini perlu didukung terus. Langkah awal yang paling
mudah untuk dilakukan adalah dengan membuatkan akun twitter buat Amoy
[#ngakak, #ROTFL, #LOL); agar supaya sang amoy-muka-longsor (julukan
@glenglenry buat amoy-pacific .. wkwkwkwkw) bisa ber-socially-engagged
dengan lebih modern.
Apalagi kota ini, provinsi ini,
bangsa ini, eh salah, dunia ini membutuhkan hiburan #ngakak kreatif dari
Amoy Pacific, misalnya:
Amoy: hai cewek ... dari mana do?
@trivenaa:
dari Tondano ...
Amoy: oh. ngana yang da bawa tu
oto HARTOP Kuning?
@trivenaa: iyo ... kita
datang deng oto HARTOP Kuning?
Amoy: oh, karja di
tambang dang ngana?
@trivenaa: [bengong mode ON]
#ngakak #ROTFL #LOL
(diikuti oleh @manadokota, @piet_pusung,
@stanlysk, @brendachuy, @glenglenry, @adamjoo, @victorahmadian dan
@achawatania)
[cat: cerita ini telah
direkonstruksi-kembali oleh @stanlysk, kejadian sebenarnya jauh
lebih lucu ... wkwkkwkw]
@stanlysk
sangat menantikan hadirnya Indonesia yang penuh dengan sekumpulan
“manusia-super” yang giat berinovasi dan berkreatif, mendorong
pertumbuhan masyarakat, menuju kesejahteraan bangsa, mewujudkan
cita-cita Proklamasi Kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia …
menuju masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Di hari ulang tahunnya yang ke-2, 25 Maret 2012, maka akun @manadokota semakin eksis dalam memberikan informasi terkini tentang manado. Akun ini sudah memiliki halaman website tersendiri. Website tersebut diberi nama www.manadokota.com; klik
disini.
Perkembangan yang luar biasa dari akun @manadokota menunjukkan mulai munculnya masyarakat - digital di Kota Manado. Meskipun baru pada tahap awal, namun generasi C (menurut istilah dari Prof DR. Rhenald Kasali) sudah mulai muncul di Kota Manado.
Kita berharap, akun @manadokota dan www.manadokota.com akan semakin memberikan kontribusi positif dalam pengembangan Kota Manado. Penataan konten, manajemen user dan aspek security, adalah beberapa masalah krusial yang harus dibenahi oleh para admin @manadokota. Keterlibatan dengan para akademi dan peneliti Teknologi Informasi dari kalangan universitas juga perlu dipertajam!
Semua ini diperlukan untuk mewujudkan keunggulan kompetitif bagi Kota Manado khususnya dan Provinsi Sulawesi Utara pada umumnya!
Merdeka ....