Selasa, 24 April 2012

Mengapa sukar menilai valuasi start up TIK?

Saya merupakan pembaca setia dari blogger @rahards. Nama blog beliau adalah Padepokan Budi Raharjo (klik disini untuk menemukan blog Padepokan Budi Raharjo ). Saya kenal beliau sebagai seorang dosen, berkualifikasi S3, yang mengajarkan Keamanan Komputer dan Jaringan Komputer.

Singkat cerita, kemaren (Senin, 23 April 2012), beliau memposting ttg kegiatan beliau hari ini, Selasa, 24 April 2012, akan membawakan materi mengenai Pendanaan Start Up di bidang ICT. Klik disini selngkapnya http://rahard.wordpress.com/2012/04/23/pendanaan-startup-di-bidang-ict/
Saya pun langsung membaca materi presentasi beliau (yang dapat diunduh disini selengkapnya http://www.scribd.com/doc/90749326/Pendanaan-Startup-ICT )

Yang menarik perhatian saya adalah, pada halaman dua materi tersebut, beliau menulis bahwa:
Bank belum memiliki pengalaman dan kemampuan untuk menilai resiko kredit dan usaha di bidang TIK, sehingga mereka cenderung konservatif dalam menilai. Sebagai contoh, belum ada metode untuk menilai valuasi dari sebuah start up TIK. Akibatnya secara umum start up akan kesulitan mendapatkan pendanaan dari Bank.
(baca disini selengkapnya http://www.scribd.com/doc/90749326/Pendanaan-Startup-ICT)

Dalam keilmuan manajemen Investasi Teknologi Informasi, sebenarnya telah dikembangkan banyak metode terkait menilai valuasi dari sebuah start up TIK. Mulai dari metode konvensional (seperti ROI, IRR, NPV dan Payback Period) hingga metode yang lebih komprehensif (seperti Information Economics, Balanced ScoreCard, IT Valuation Matrix ataupun IT Value Network).

Semua metode tersebut diatas sebenarnya dapat digunakan untuk menilai valuasi start up TIK! Dan saya yakin, metode tersebut diatas dapat memberikan gambaran resiko atas suatu start up TIK. Tantangannya disini adalah apakah pihak Bank mau menggunakan pendekatan2 tersebut diatas dalam melakukan analisa kredit dan manajemen resiko?

Saya berikan sebuah contoh dalam menilai valuasi start up TIK, berupa Pembangunan Aplikasi Perangkat Lunak berbasis Web. Selengkapnya dapat diunduh disini.

Dengan menggunakan teknik Function Point Analysis, maka kita mendapatkan estimasi besar, lama waktu pengerjaan, hingga jumlah sumber daya manusia yang dibutuhkan. Tinjauan ini dapat menjadi acuan awal untuk menghitung valuasi, dengan menggunakan ROI, NOV dan Payback Period.

Untuk riset riset saya terkait menilai valuasi suatu investasi awal TIK, dapat dilihat disini selengkapnya ...

4 komentar:

  1. problemnya adalah ada banyak perusahaan startup yang kalau diukur dengan metoda konvensional, seperti ROI, akan tidak masuk. Banyak perusahaan ini yang tidak memiliki revenue. Sebagai contoh, twitter. Bagaimana mengukur ROI-nya?

    BalasHapus
  2. Metode perhitungan seperti INformation Economics dari Marilyn Parker dan Metode IT Value Network dari Tony Read, sudah mulai digunakan secara meluas oleh perbankan Eropa dan Amerika untuk menilai valuasi bisnis pada platform Web 2.0
    Kenyataannya, manfaat bisnis TI (IT Business Value) itu dibedakan atas tangible benefit (seperti ROI, NPV IRR) dan intangible benefit seperti misalnya kepuasaan pelanggan.

    Metode Information Economics dan IT Value Network mncoba menggabungkan kedua manfaat bisnis TI tersebut, dan kesimpulannya bisa "ditarik" ke dalam bentuk ROI.

    BalasHapus
  3. Jangankan menilai valuasi START UP, bank lokal saja (bahkan Bank besar mner) tidak tahu apa itu rekening paypal. Ini berdasarkan pengalaman saya mner waktu menanyakan bagaimana menarik rekening di Paypal ke untuk dipindahkan ke buku bank... Malah kita dibilang hati-hati soal belanja di OL... #LOL....

    BalasHapus
    Balasan
    1. LOL .... begitulah faktnya ... makanya tulisan Pak budi benar adanya :)

      Hapus